049

195 15 0
                                    

Part kali ini agak panjang

2000+ kata

jadi bacanya kalau lagi senggang aja ya sob

****

Seperti yang Jingga bisa bayangkan, keadaan Kevin makin kesini makin makin deh. Lelaki itu duduk dibalkon seakan-akan bokongnya sudah menyatu dengan kursi, merenung lalu membuat postingan di Instagram dengan kata-kata senja. Ala anak indie. Lengkap dengan kopi yang diseduh pakai piring. Playlist lagu payung teduh- untuk perempuan yang sedang dalam pelukan turut menyertai kegalauannya.

Gamon banget vibes nya.

Kasian Kevin, kekasihnya diambil teman sendiri. Mengapa jadi dangdut banget?

Dari pintu kamar, Jingga curiga sahabatnya kesurupan, sehingga mengambil inisiatif menghampirinya, mencoba membawakan lelucon anehnya lalu mengembalikan suasana hati lelaki melankolis itu pada tempatnya lagi.

"Ada yang menggantung dipohon ya?". Ujar Jingga setelah bokongnya ikut nemplok di kursi. Sedangkan Kevin menunjuk tali jemuran dibawah sana dengan mulutnya. "Busettt, itu kolor kita akur banget bersebelahan". Disertai gelak ringan dari mulut Jingga.

Setelah itu lengang.

Tiba-tiba Jingga terkejut ketika melihat lingkaran hitam dibawah mata Kevin. Ada kengerian didalam hatinya tatkala mata mereka bertemu. Dan Jingga langsung teringat pada Joko, sebab postingan Instagram Maya beberapa saat yang lalu itu wajah Joko. Sedang makan KFC deh mereka kayaknya. Gimana kalau setelah itu mereka lanjut staycation? Bisa mati si Kevin menanggung cinta.

Orang-orang memang banyak yang munafik.

Apakah persahabatan mereka masih bisa diselamatkan? Jingga bertanya-tanya tentang itu didalam benaknya. Memikirkan bagaimana caranya membuat gosip agar mereka tertarik akan obrolan yang sudah kadaluarsa.

Stok lelucon Jingga banyak sekali, ayo keluarkan cepat!

Namun hembusan napasnya terdengar seperti abang-abang jurusan teknik semester leluhur yang sedang masa tenggat, mundur ngga mungkin, maju ngga yakin, diam ditempat langsung DO. Jingga menggaruk rambut legamnya frustasi, sehingga tidak lama setelah itu Agus datang membawa laptop dan colokan sebagai simbol mahasiswa yang dikejar drama akhir skripsi. Contohnya langsung muncul, tapi Bima sih yang paling sesepuh dirumah ini.

Tangan Jingga menyambar asbak dimeja belakang mereka. Sedangkan Agus langsung duduk disisi kanan Kevin.

"Laper nggak?". Ujar Jingga kemudian menyalakan batang nikotinnya.

Kevin melamun lagi, kali ini dengan tatapan kosong pada sebuah pohon pisang diujung jalan. Nampaknya lambaian daun pisang jauh lebih menarik dari pada pertanyaan klise Jingga tadi yang kini memilih menghisap rokoknya.

Jingga menanti reaksi dua sahabatnya, sementara keduanya menanti Jingga melanjutkan ucapannya. Tapi tetap saja mereka bergeming. Seperti yang bisa dilihat, mereka memang bodoh.

"Si Jefri Nichol buka lowongan nggak sih? Mau pindah circle aja gue".

Agus berdecak "Lu nggak menghargai padepokan dan circle kita banget padahal kagak ada yang mau temenan sama lo selain kita".

"Banyak sekali kenangan kita boy, lo serius mau minggat?". Sambung Kevin.

Lalu lengang kembali. Memang proses pemahaman selalu memerlukan keheningan.

Namun setelah itu Agus berkata. "Joko jalan sama Maya, udah tau lo?." Bagi Kevin ada beberapa hal yang sangat menyakitkan untuk dibicarakan, salah satunya tentang ini. Dia merasa jadi cowok yang gamon banget.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang