041

254 33 2
                                    

Malem bestaiii
Cantiknya Jingga gimana puasanya?
Kalau Jingga hari pertama doang puasa

Sorry agak lama ya..

Part kali ini agak panjang nih
Kasih tau kalau ada yang typo yaww

Jangan lupa vote dan comment ya brader

Tingkiuu
_______________________

"Cuma orang nggak ada kerjaan tengah malem ngajakin ke pantai, mana pantainya jauh banget pula". Ujar Jingga seraya menguap.

"Orang gue yang nyetir kok, lo diem aja". Balas Agus. Rambutnya lepek, suaranya juga sedikit sengau.

"Mata lo merah gitu, suara bindeng juga lo habis hujan-hujanan atau apa?". Agus tidak merespon, sehingga Jingga kembali bersuara. "Perasaan gue nggak enak, mending gausah malam ini deh. Besok aja, emang yang paling bener itu lo tidur sono".

Ketujuh sahabat itu tetap bersiap-siap walaupun Jingga menentang. Suara tawa mereka tetap nyaring walaupun arakan awan semakin menelan sinar bulan. Ada beberapa titik lokasi hujan sejak sore tadi, sekarang badan jalan digenangi air.

Mobil Campervan melaju di larutnya malam, Agus menyetir dengan tenang. Tidak, sebenarnya dia tidak tenang. Begitu lima sahabat dibelakang mulai menjemput mimpi, Jingga setia menemani Agus menyetir. Jingga berdehem canggung, sadar kalau ada yang aneh dari gelagat sahabatnya.

"Lo kalau ngantuk bilang ya?" Ujar Jingga. Agus fokus kedepan jalan dan mengabaikan Jingga. Jingga mengangkat sebelah kakinya keatas kursi dan mencari posisi nyaman untuk mulai memantik api rokok. "Kak, gue turunin jendela ya? Mau nyebat".

Hening panjang terjadi. Agus sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Jingga menoleh lagi, mengintip yang lain kebelakang dan bersuara dengan vokal yang lebih tinggi.

"Anjing, lupa bawa mulut ya lo?". Mendengar itu, Agus melirik spion tengan sejenak lalu menoleh pada Jingga malas. Saat tatapan keduanya bersinggungan, Agus mendengus kesal tanpa alasan.

"Berisik banget lo". Katanya. Vokalnya kacau, lumayan. Ada yang menggerogoti pikirannya memang. Jingga seperti sudah tahu.

"Ngeselin banget, kenapa lo? Pegat sama Lilin?".

"Iya". Jawabnya malas.

"Pantes".

Pukul 3 pagi, Agus menepikan mobilnya disebuah warung kopi yang masih buka di pinggir jalan. Agus keluar mobil untuk meregangkan tubuhnya lalu berjalan menuju warung dan mendudukkan pinggulnya setelah memesan segelas kopi hangat. Disusul Jingga.

"Saya juga kopi ya buk". Katanya pada ibu pemilik warung. Jingga mendaratkan bokongnya di samping Agus. Rokok di ruas jarinya tinggal setengah, dihisapnya sekali lalu melempar benda itu pada genangan air. Asap rokok terkepul keudara malam, Jingga mendongak menatap langit.

"Kak, lo sayang nggak sih sama Lilin?".

Agus mengulum bibir. "Nggak tau. Lo sendiri gimana sama Celyne, sayang nggak?".

"Sama. Gue juga nggak tau". Jawab Jingga.

Ada sekeping sunyi sebelum suara parau Kevin mengalihkan atensi mereka, bersamaan dengan kopi pesanan mereka datang. "Gue boleh gabung nggak?". Tanya Kevin. Lantas kedua sahabatnya itu mengangguk serentak dan Kevin duduk di antara keduanya.

Ketiga pasang mata itu berpendar menatap teduh. "Lagi ngomongin apa?". Tanya Kevin lagi sambil mengucek matanya.

Agus dan Jingga saling mengangkat bahu. "Emangnya ada topik khusus ya kalau kita lagi ngobrol?". Tanya Agus. Lalu suara tawa rendah keluar dari mulut Jingga, matanya membentuk sepasang sabit indah.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang