020

317 45 13
                                    

—VOTE DONG—
Yang baca tapi nggak Follow, LO TEGA

☆☆☆☆

__________________________________

Jingga (pasien):
Cel, Embassy yuk

Anda:
Jam berapa?

Anda:
Gue mau ke Amora dulu nemenin Maya nyari bunga

Jingga (pasien):
11 gue jemput

Anda:
yaudah

_______________________________

Dalam minggu belakangan selalu hujan. Cece senang menyendiri di kamarnya karena ia suka hujan, memperhatikan butiran air itu turun berbenturan dengan genteng.

Menenangkan.

Malam ini ia tampak bersiap-siap. Cece menyapukan liptint pada bibirnya dan menyisir sedikit rambutnya lalu menyambar tote bag yang tergantung di gantungan.

Cece mulai bergerak keluar. Berharap langit malam tak memuntahkan hujan, karena beberapa jalanan akan banjir jika hujan.

Sesampai di luar, ia langsung mengetuk pintu kamar Maya.

"May, lo udah siap belum?".

"Udah— bentar". Terdengar sahutan dari dalam.

Tidak ada tanda akan hujan dari langit. Maka ia merasa sedikit lega. Pemandangan di luar dan lampu-lampu jalan membuat pikirannya berjalan teratur sama seperti laju napasnya.

Toko bunga yang akan mereka datangi berjarak 10 menit perjalanan. Tidak ada hari yang spesial, Cece mulanya bingung kenapa Maya ingin membeli bunga. Setelah ia tanya, ternyata berhubungan dengan mata kuliah praktikum.

Cece merasa mungkin ada sedikit korelasi antara jurusannya dengan tumbuhan.

Sekonyong-konyong ia teringat pada Jingga. Jingga yang belakangan ini sering bercerita tentang Rania. Perlahan  demi perlahan ia merasa bahwa perasaannya harus segera di punahkan.

"Anak kedokteran yang nembak lo itu siapa Ce namanya gue lupa?". Tanya Maya pada Cece, seketika lamunannya tentang Jingga buyar. Berganti ingatan tentang Bian.

"Abian Radhitya". Singkatnya.

"Kenapa lo tolak?".

"Anaknya clingy gue gabisa sama orang kayak gitu".

"Jadi lo sukanya yang modelan Jingga gitu?".

"Meskipun tengil, tapi seenggaknya sama dia gue nggak risih May. Lo tau sendiri kan gue paling nggak suka ada cowok yang lengket banget ke gue. Risih tau nggak kemana-mana ada dia".

"Tapi bukan berarti Jingga pilihan yang baik juga kan? Lo liat deh si social butterfly yang deket sama banyak cewek. Itu resiko nyakitinnya lebih parah loh Ce. Apalagi punya sahabat cewek, Rania lagi yang super duper manja banget".

"Gatau kenapa sama Jingga rasanya lebih nyaman. Meskipun suka ngilang, tapi dia selalu bisa bikin gue feel better. Gue pengen jadi satu-satunya buat dia, apa permintaan gue serakah?".

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang