025

349 42 6
                                    

Untuk apresiasi cerita gue jangan lupa vote dan komen ya bestie.

Kalo bisa sih tiap paragrafnya di komen hehe ngelunjak.

_HAPPY READING SEMOGA UDIN_

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Singkatnya

Gue terlalu sepele untuknya

—Jingga Prakasa—

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Pukul 2 lewat 11 menit, Kevin sampai kontrakan bersamaan dengan Akbar. Keduanya mematri langkah memasuki rumah. Di ruang tengah, ada Jingga yang tampak lesu karena belum makan.

"Nih... hati ampela habis. Gue ganti jadi sayap".

Jingga mengangguk dan mengambil kantong plastik yang di sodorkan Akbar lalu berjalan ke meja dapur. Disana mereka bertiga duduk. Jingga teringat pesan grup beberapa saat lalu, kemudian mulai bersuara.

"Ntar malem mau ngumpul dimana?".

"Kata kak Bima sih di rumah aja". Jawab Akbar.

"Lagian mau ngapain sih?". Tanya Kevin.

"Gatau, bagi sembako mungkin". Jawab Jingga ngawur.

Ponsel Jingga berdering, seharian ini ia menjadi orang yang paling sibuk dengan panggilan telfon. Kevin mengintip dengan sudut matanya lalu mengulas senyum hambar.

"Udah jadian ya?". Tanya Kevin.

"Jadian pala lo, palingan di suruh ngangkatin galon lagi gue". Jawaban Jingga terdengar mengenaskan. Memancing Akbar untuk meledakkan tawanya.

"Halo". Ujar Jingga dengan mulut setengah mengunyah.

"Jingga".

"Iya ayo, lo mau apa? Gue otw ini". Timpal Jingga seolah sudah tau apa yang akan di katakan Rania dari dalam telfon.

"Gue belum ngomong ih". Ujar Rania dengan nada suara sedikit manja.

"Mau ngajak keluar kan? Ayo, mau makan dimana? WS, BK, McD atau AW beb?".

"Bukan itu".

Akbar berdiri dan melangkah naik ke lantai atas, ia sedikit lelah dan ingin beristirahat. Sedangkan Kevin keluar memandangi cuaca lembab sehabis hujan.

"Atau lo mau gue ngangkatin galon lagi?".

"Enggak".

"Tumben... trus apa dong?".

"Dengerin gue".

"Iya ini gue dengerin".

"Hesa nembak gue".

Jingga terdiam. Jantungnya terasa gagal berfungsi dalam beberapa detik.

"Hesa? Mahesa".

"Iya, menurut lo gimana? Gue terima nggak?".

"Lo suka nggak?".

"Suka sih, dia baik orangnya. Cakep juga".

"Baik sama cakep, gue mah juga gitu. Ada alasan lain nggak?". Jingga sudah kehilangan nafsu makannya. Ia berdiri dan mencuci tangannya di westafel.

"Dia tinggi".

Hening.

"Ga".

"Hah?".

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang