024

298 41 15
                                    

TINGGALKAN JEJAK BERUPA
VOTE DAN KOMEN
YA BESTIEEE
Yang baca tapi nggak Follow, LO TEGA

☆☆☆☆

___________________________

Hujan semakin membabi buta di luar sana. Terdengar juga suara petir yang memekakkan telinga. Semenjak langit menggelap sore tadi, hujan mengambil alih suasana malam yang belakangan tampak cerah.

Cece membenci hujan kali ini, karena ia harus terjebak bersama Jingga di apartemen ini.

Perasaannya memburuk sejak mendengar sebuah fakta yang memuakkan dari mulut Jingga yang berbicara dengan tidak berperasaan.

Ini bukan seperti dirinya biasanya yang tak peduli terhadap apapun.

Ia memang tak pernah mempedulikan apapun dari orang lain, kisah romansa orang lain... sama sekali tidak terdengar menarik baginya.

Namun jika tentang Maya, ia merasa harus melindungi sahabatnya dari fitnah bajingan seperti Jingga.

Cece membuka mata.

Ia memindai tubuhnya di depan cermin kamar mandi, menatap kosong pada pantulan seorang gadis dari dalam sana.

Lalu entah mengapa kali ini ia ingin menampar Jingga sekali lagi ketika kepala cowok itu menyembul di balik pintu.

Dengan cengiran khas nya yang tampak begitu menyebalkan dan makin memperburuk perasaan Cece.

Apa harus dia membunuh Jingga malam ini?

Mungkin terdengar keji, namun memang seperti itu yang dirasakan Cece.

"Ayo mandi bareng". Katanya tanpa tahu malu.

Bagi Cece, itu bukanlah ide bagus. Saat ini ia punya sejuta cara untuk melenyapkan bajingan ini dari bumi ini. Namun ia tak ingin mengotori tangannya untuk itu.

"Berisik". Jawabnya singkat.

"Ini apartemen gue yang beli". Balas Jingga lagi lalu melenggang masuk. "Gue juga basah... lagian ngapain pake lari-larian di bawah hujan segala sih?". Jingga melepaskan kaos putih yang di pakainya.

Pemandangan yang sama sekali tak tampak menggairahkan bagi Cece.

Cece tak memberikan respon apapun, dirinya kembali memperhatikan wajahnya di depan kaca.

Rambutnya terlihat lepek dan puncak hidungnya sedikit memerah. Ia yakin setelah ini akan terserang flu.

Sedangkan Jingga yang di cuekin malah mulai menghidupkan shower dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Lalu melakukan ritual mandi seperti biasa.

Sekitar lima menit Cece mematung di depan kaca. Jingga mematikan shower nya lalu berbalik menatap gadis itu yang tampak suram.

"Jangan terlalu dipikirin, ntar lo malah sakit".

Hening.

"Mandi Marcel". Bujuk Jingga. Cowok itu mulai menyambar handuk dan melingkarkannya di pinggang rampingnya.

Jingga bisa mendengar beratnya desauan napas Cece malam ini. Jingga berjalan mendekat hingga Cece bisa mencium aroma tubuh Jingga yang segar.

Jingga menghembuskan napas berat karena Cece masih betah membisu.

"I'm sorry".

Cece sama sekali tak memberikan respon apapun. Ia merasa perlu memberikan silent treatment pada Jingga karena sudah membuatnya marah. Cece masih ingat Jingga mengatakan bahwa sahabatnya itu adalah sampah.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang