037

235 35 2
                                    

Hallo, kalau ada yang typo kasih tau ya fren

Jangan lupa vote dan comment juga

Selamat membaca

_____________________________

"Lingkaran mata lo kacau banget Cel. Are you really okay?".

"Gue baik-baik aja kok, cuma emang kesel aja sama lo". Tangan Cece memegang handuk kecil, mengeringkan rambut Jingga.

Setelah adegan dramatis dengan Agus di Upnormal tadi, darah dari pelipis yang rembes ke sisi rambutnya mulai mengering. Gadis itu yang membantu Jingga keramas.

Mereka sudah terbiasa berbagi semuanya sejak dulu. Mulai dari tempat tidur, kamar mandi hingga pakaian. Di apartemen yang Jingga beli untuk mereka berdua, semua barang-barang mereka gunakan berdua.

Cece tidak masalah dengan itu, mereka adalah anak muda perkotaan yang hidup bebas. Memiliki orang tua yang berpikiran modern adalah privilege tersendiri bagi mereka.

Aroma maskulin menyeruak dari sisi tubuh Jingga segar. Gadis itu menyukainya.

Akan selalu.

Karena dari awal pertemuan mereka, parfum Jingga adalah daya pikatnya. Selain itu kulit wajah Jingga juga bersih, hanya ada beberapa titik bekas jerawat. Itu juga sudah memudar.

Yang terlihat kentara saat ini hanyalah bekas pukulan agus di sudut bibir, tulang pipi dan pelipis kiri Jingga.

"Mata lo bengkak banget, lo nangisin gue ya?". Tanya Jingga lagi.

Jingga duduk dengan posisi lebih rendah dari Cece, saling berhadapan. Dia membiarkan rambutnya diusap gadis itu dengan handuk kecil.

Karena setelah mengeringkan rambut, Cece akan mengoleskan obat pada luka di wajahnya.

Cowok itu sedikit mendongak memandangi gadis di depannya. Menunggu jawaban dari pertanyaannya.

"Pede banget lo gue tangisin".

"Trus lo kenapa? Siapa yang jahat sama lo? Berani bener dia gangguin lo. Sini bilang sama abang Jingga, biar gue majuin".

Gadis itu mendengus dan memutar bola matanya. Pergerakan tangannya berhenti sejenak. "Yang lo bisa selain berantem sama main cewek apa sih Ga?".

Butuh tiga detik bagi Jingga untuk berfikir, kemudian menjawab. "Gue juga bisa kasih nafkah buat lo sampai tua".

"Yang ada lo itu cuma ngasih beban buat gue, lo beban banget buat perasaan gue".

Hening sejenak. Jingga hanya tersenyum, karena usapan tangan Cece semakin kasar.

"Cel".

"Apa?".

"Seberapa besar sih gue udah nyakitin lo?".

Hening lagi. Semua rangkaian kata itu keluar begitu saja dari mulut Jingga, membuat Cece menahan napas. Gadis itu meneguk ludah sekali.

Jingga mengusap pipi gadis itu sejenak lalu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang gadis itu. Mengusapnya lembut disana.

"I'm so sorry".

Cece menarik napas panjang. "Sekarang lo tau kan, kenapa gue protect banget sama Maya?".

Jingga mengangguk.

"Gue nyesel udah bentak-bentak dia, gue juga nyesel ngebentak lo. Maafin gue cantik".

Semua penjelasan yang keluar dari mulut Maya di Upnormal tadi berhasil membuat Jingga merasa bersalah. Tidak menyangka bahwa Maya ternyata mengalami hari yang berat.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang