023

290 42 18
                                    

TINGGALKAN JEJAK BERUPA
VOTE DAN KOMEN
YA BESTIEEE
Yang baca tapi nggak Follow, LO TEGA

☆☆☆☆

___________________________

Seperti lagu last child.

Malam ini hujan turun lagi
Tapi tidak dengan kenangan.

Cece duduk menopang dagunya seraya memperhatikan Jingga yang menyesap rokoknya di atas tempat tidur.

"Jangan ngerokok disini Jingga, abunya kemana-mana". Lirihnya.

Respon Jingga mudah untuk di prediksi, dia hanya akan tersenyum sekilas lalu menghisap kembali rokoknya.

Namun kali ini senyumannya sedikit berbeda, kadang malah Cece tidak mengerti kenapa senyuman itu tampak sedih.

"Lo kenapa lagi Ga?".

"Ada yang ngedistrak pikiran gue".

"Apa?".

"Cewek lain".

Hening.

"Lo tadi ngechat gue mau ngomong katanya. Ngomongin apa?". Tanya Jingga.

Cece membisu.

Kemudian bangkit dan jalan ke arah dapur, duduk diam sambil menyesap kopi yang di buatnya. Memang ingin mengatakan sesuatu, namun Cece tidak yakin apakah itu perlu.

Awalnya ia cukup yakin, namun sekarang malah sebaliknya saat mendengar Jingga mengatakan tentang perempuan lain. Perasaan minggu lalu saat di bioskop Jingga kayaknya bucin banget sama Cece.

Semuanya beda lagi sekarang.

Bukannya nyamperin Cece, Jingga malah hanya duduk diam bersandar di kasur. Kalau mager ya jangan begini juga.

Mereka jadi saling diam.

Malam ini hujan turun lebat. Gila ya, mereka saling membisu cukup lama. Sekarang siapa sangka, Cece menghampiri Jingga duluan. Padahal biasanya gadis itu selalu ogah-ogahan.

Karena sejujurnya bukan hanya pikiran Jingga yang terdistraksi.

Cece juga.

Cece duduk kembali di atas kasur. Diam-diam Jingga memperhatikannya.

"Jingga". Ujarnya.

"Iya cantik?".

"Gue nggak mau ikut campur sebelumnya, tapi ada yang gue mau tanyain sama lo". Ujarnya setelah meredam egonya.

Cece menjeda ucapannya sedang Jingga masih memperhatikan gadis itu.

"Gue takut lo risih juga".

"Ikut campur? Trus risih kenapa Cel?". Tanya Jingga lalu menggeser bokongnya mendekat. Tangannya terangkat menyentuh bibir Cece, ia hendak mendaratkan sebuah kecupan disana. Namun Cece bersuara terlebih dahulu.

"Sahabat gue".

Jingga bergeming cukup lama dengan pupil yang melebar. Ya, cewek yang sama-sama  mendistraksi pikiran mereka itu adalah Maya. Keterdiaman Jingga membuat Cece semakin menerka-nerka apa yang terjadi pada Jingga dan Maya. Namun ujung-ujungnya Jingga meneruskan niatnya untuk mengecup bibir gadis itu.

"Maya?". Tanya Jingga.

Cece mengangguk samar.

"Ayo ciuman dulu, baru gue ceritain".

Tepat saat Jingga ingin menyentuh bibir itu lagi Cece menoleh ke kiri. Jingga bertanya-tanya, apa sebesar itu rasa khawatirnya pada Maya.

"Hey...". Lirih Jingga.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang