036

210 33 1
                                    

Malam sayang

Ayo yang belum tidur, apa yang bikin kalian masih melek?

Jangan begadang, itu gak sehat

Gue menutup hari ini dengan menulis sedikit kisah mereka.

Kayaknya habis ini gue bakal tidur nyenyak

___________________________

Banyak hal yang terjadi hari ini, jelas itu membuat Jingga lelah. Dia hendak beristirahat, namun tangannya lebih dulu menyambar kunci mobil. Dia mengumpat lagi.

"Anjinggg.. anjinggg". Katanya. Seperti masalah negara bergantung dipundaknya.

Dia langsung berjalan keluar dan membelah jalan kota di malam hari. Hampir pukul 9 malam, perutnya juga terasa lapar karena belum makan sejak siang tadi.

Pipi kirinya masih sedikit berdenyut. Sedikit saja sih, yang lebih mengerikan itu hatinya. Ya jelas saja, anak mana yang menginginkan pertengkaran dengan ayahnya.

Terhitung sejak perceraian kedua orang tuanya beberapa tahun lalu. Entahkan tepatnya kapan, yang jelas saat itu Jingga masih kelas 2 SMA.

Umur-umurnya remaja labil.

Sejak saat itu,Jingga begitu protect terhadap bundanya karena sabar yang tertahan dari sebelum-sebelumnya sudah mencapai batas yang membuatnya gila.

Jingga dulu anak yang penurut, bahkan sampai sekarang masih. Walau itu hanya kepada bunda.

Banyak sebenarnya prestasi yang dia dapatkan dulu semasa SD dan MTs, lalu kemudian semua berubah sejak dia menginjak SMA.

Mungkin tampaknya sekarang hidupnya ugal-ugalan, namun sebenarnya Jingga itu anak yang baik.

Saat sampai, Jingga menemukan Cece berdiri di parkiran. Gadis itu menunggunya.

Langkah Jingga terseret, energinya tersedot secara total. Namun dia senang masih bisa melihat Cece.

Saat berada selangkah di depan gadis itu, Cece bertanya.

"Pipi lo kenapa?". Katanya.

Jingga tutup bagian merahnya dengan telapak tangan.

"Gapapa kok". Jawabnya.

Dua bola mata Jingga bergerak melihat sekitar mereka, lalu fokus kembali pada gadis di depannya. Jawabannya barusan tidak mendapat respon balik dari mulut Cece.

Hanya tatapan datar yang cenderung berantakan. Di satu sisi dia kecewa, namun di lain sisi dia rindu.

Jingga mengikuti langkah Cece di depannya, mereka masuk melewati banyak orang yang tengah mengopi dan berbincang-bincang.

Tangganya di bagian belakang, mereka mengarah kesana.

Cowok itu berjalan loyo dan tidak bersemangat, tidak berapi-api seperti malam saat semuanya kacau. Ia hanya berjalan membawa semua perasaan campur aduk.

Entah mana yang harus di dahulukannya, mengisi makanan ke dalam perut yang kosong atau memakan kemarahan sahabat-sahabatnya.

"Sini, di sebelah gue". Panggil Agus, mata kecil Agus menyipit tajam penuh rasa kecewa pada Jingga. Namun Jingga hanya menatap kosong kesembarang arah lalu menghampiri Agus.

Sedang Cece kembali pada tempat duduknya semula.

Malam ini ada Wilda juga, tetehnya Kevin. Dia akan menjadi penengah diantara semuanya.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang