054

136 14 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE..

Ini adalah part terakhir pov Jingga terhadap kematian Akbar.

Setelah ini baru masuk part terpenting kisah Jingga & Marcel yang ga boleh kalian lewatkan.

Jadi ikutin kisah Jingga & Marcel sampai ending ya fren

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Sejak saat kepergian Akbar, kekhawatiran yang Juna rasakan selama ini turut membelenggu hari-hari Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak saat kepergian Akbar, kekhawatiran yang Juna rasakan selama ini turut membelenggu hari-hari Jingga. Angan-angan yang Jingga simpan tentang perjodohan anaknya kelak dengan anak Akbar langsung hancur. Jingga tersenyum pias mengingatnya. Dulu, ketika tawa Akbar masih mendominasi rumah kontrakan dua lantai yang mereka huni.

Mereka bicara banyak hal sore itu, lalu Kevin bertanya, "Lo mau besanan sama siapa?" Penuh keyakinan Jingga menunjuk Akbar. Lelaki itu ikut bertanya, "kenapa?"

Jawabannya Jingga waktu itu adalah, "yang baik sama gue cuma lo , yang lain rasanya pengen gue genjreng."

Sekarang Jingga kehilangan selera terhadap banyak hal. Dia telah mendaftarkan diri dalam program semester pendek. Tetapi tidak melakukan apa-apa.

Kini, Jingga duduk menatap lurus ke sebuah kertas lusuh yang dia kutip dari tempat sampah. Persiapan Agus untuk berangkat ke LA sudah sangat sempurna. Jingga melihat sebuah koper ukuran sedang di dalam kamar. Kemudian Jingga melirik tempat tidur Akbar lagi. Ada sesuatu yang menyumbat dadanya hingga sulit bernapas. Pandangannya seketika memburam.

Akbar akan selalu jadi lelaki paling wangi yang pernah Jingga temui. Entah apa yang dibubuhinya didalam air bak, entah mantra apa yang diucapkannya sehingga meninggalkan bekas dihidung Jingga.

Jingga,—paling suka wangi Akbar. Mungkin begitu juga sebaliknya. Memori langsung berputar, Jingga masih ingat, masih begitu jelas teringat. Pukul 11 menjelang siang, di ruang tengah Akbar ndusel-ndusel ke tubuhnya seperti anak kucing. Katanya parfum Jingga itu wangi, aromanya lembut dan tubuh Jingga itu hangat.

Enak untuk di peluk. Namun jika seperti ini Jingga merasa seperti di lecehkan.

"Lo ngapain sih?". Ucap Jingga dengan cukup galak.

Lelaki itu berusaha melepaskan diri dari kaki Akbar yang melilit tubuhnya hingga pergerakannya terbatas.

Namun Akbar makin mengunci tubuh Jingga sambil mengendus leher belakang Jingga dengan rakus.

"Anjing ini pelecehan gila... TOLONGGGGG... GUE DI LECEHKAN". Sorak Jingga sambil berusaha keras melepaskan diri dari Akbar.

"Gue suka bau tubuh lo dek". Godaan Akbar seperti lelaki cabul.

Jingga tampak tak berdaya. Sementara di samping mereka Joko fokus pada laptopnya.

Waktu itu Joko masih semester lima, namun ia sudah menggarap naskah skripsinya. Joko tak pernah main-main saat ia mengatakan ingin menjadi jaksa pada papanya.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang