028

312 42 25
                                    

VOTE YA BESTIE

INI CERITA JINGGA
_HAPPY READING SEMOGA UDIN_

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Pagi ini Cece melamun sendiri di dalam mobil. Semua perlengkapan selama tiga hari di Puncak baginya tidak terlalu repot di kemasi. Dia bukan gadis rempong seperti tiga sahabatnya yang lain.

Apalagi Lilin, si duta hukum yang hidupnya tidak bisa jauh dari skincare.

Cece termenung sambil menunggu tiga sahabatnya turun ke bawah. Otaknya kosong, pikirannya terbang jauh.

Kalau di ingat kembali tentang apa yang semalam terjadi. Mungkin air matanya akan berhamburan turun dari pelupuknya. Moodnya akan kembali kacau balau.

Hubungannya terasa memburuk belakangan ini dengan Jingga. Apalagi Jingga sempat merendahkan sahabatnya waktu itu.

Biasanya mereka tidak bertengkar. Biasanya Cece pandai dalam menahan emosi. Biasanya ia tidak akan terpancing oleh omongan Jingga.

Namun segalanya memburuk saat Jingga merendahkan sahabatnya. Memang tahu apa Jingga tentang Maya?.

Di tambah lagi satu hari kemarin yang terasa seperti neraka baginya. Cece benci ketika Jingga menyebut nama Rania.

Bagian paling menyedihkannya adalah ketika dia menerima pesan chat dari orang yang tidak di kenalnya.

Kesedihannya berada di antara ingin melepas Jingga yang bahkan belum ia miliki, juga sedih karena ia telah mencintai Jingga sedalam hati.

Dan pagi ini, Jingga kembali mengusik ketenangannya. Pesan Jingga pagi ini seperti petaka baginya.

Sempat ia baca pesan panjang dari Jingga sebelum mengoceh sendiri.

'Cantik, barusan gue gojekin Shibuya Fresh Milk buat lo size seliter. Hebatkan gue pagi-pagi bisa pesen Street Boba padahal tokonya belum buka. Tiga hari kedepan gue bakal sibuk banget, jadi gabisa gojekin Sutei kesukaan lo. Lo bisa pesen aja, credit card gue masih lo yang pegang kan? Pakai itu aja kalau mau jajan'. Begitulah kira-kira isi pesannya.

"Boba..boba... Boba pala lo". Gumamnya. Setiap mendengar ataupun membaca nama Jingga membuat Cece ingin menggunduli kepala cowok itu.

"Apaan, pagi-pagi ngirimin boba". Lanjutnya. Kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.

Baginya ini bukan waktu yang baik untuk berlibur. Hidupnya sudah lumayan kacau belakangan ini, seharusnya dia membereskannya satu persatu. Bukan malah lari dari kenyataan.

Mungkin orang-orang akan berfikir bahwa liburan adalah pilihan yang tepat saat otak mumet. Untuk sejenak saja melupakan kegalauan dan berdamai dengan diri sendiri.

Namun bagi Cece hal itu hanya akan membuat masalah makin bertali-tali.

Jika bukan karena Maya yang menjadi tujuan utama liburan ini, mungkin Cece akan menolak ajakan sahabatnya.

Entah kenapa, walaupun dunianya kini berpusat pada Jingga. Dan segala hal mengingatkan Cece tentang cowok itu. Namun Maya juga membelah isi kepalanya dengan pikiran-pikiran lain.

Cece melihat ketiga sahabatnya mulai mendekat dengan pakaian corak warna-warni dan ceria. Berbanding terbalik dengannya yang memakai setelan kaos hitam oversive, ripped jeans longgar dan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya.

"Cepetan deh, lama banget ibu-ibu". Soraknya.

Dengan self control yang baik, Cece bungkus kekalutannya pagi ini semanis mungkin di balik senyuman palsu.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang