022

298 48 4
                                    

TINGGALKAN JEJAK BERUPA
VOTE DAN KOMEN
YA BESTIEEE
Yang baca tapi nggak Follow, LO TEGA

☆☆☆☆

___________________________

Semoga Jingga sanggup menjaga hubungannya kali ini. Ia masih begitu betah menghabiskan malam minggunya bersama Cece.

Jingga tersenyum melihat bubble percakapannya dengan Cece yang makin hari makin membaik. Cece tak lagi begitu ketus padanya.

Senyumnya begitu lebar, hingga nampak dengan sempurna sepasang sabit indah di matanya.

Ia memutuskan untuk berlalu cepat karena tidak ingin gadis itu menunggu terlalu lama. Bersamaan dengan gerak ringannya, Jingga menyambar kunci mobil Agus yang tergeletak di atas TV.

Jingga tahu malam ini akan menjadi malam paling sempurna baginya, karena ia tak lagi harus bersembunyi-sembunyi.

Mereka memutuskan untuk nonton film di bioskop. Setiba di depan kos Cece, ia kembali tersenyum ketika tanpa di sengaja ia melihat gadis itu berjalan ke arahnya.

"Tumben ngajak ke bioskop". Ujar Cece sambil memasang safety belt.

"Emang nggak boleh?".

"Biasanya staycation di apart doang. Nggak takut ketauan orang-orang?".

"Bosen di apart mulu, kalau ketauan kan tinggal pacaran beneran". Jawabnya santai.

Cece terdiam. Seperti dirinya yang mencintai keindahan kota Jakarta di malam hari, seperti itu pula ia mencintai keunikan Jingga memperlakukannya.

Ada seulas senyum terbit dari bibirnya, ia menoleh pada Jingga yang ternyata sudah lebih dulu menatapnya lekat.

"Ogah". Jawabnya singkat.

"Gue tau lo sayang sama gue Cel". Ujar Jingga dengan suara yang satu taraf lebih serius.

"Enggak tuh".

"Gausah denial, lo cuma gengsi".

"Jadi kita ke bioskop mana nih?" Tanya Cece mengalihkan pembicaraan.

Jingga membuang napas berat lalu memasang safety belt nya.

"Ciputra aja biar agak jauh". Jawab Jingga lalu mulai melajukan mobilnya.

Cece memang mencintai keindahan kota Jakarta di malam hari, tapi tidak dengan macetnya. Ia menghembuskan napas berat tatkala melihat peliknya jalanan yang padat.

"Cel".

"Hhm". Cece reflek menoleh pada Jingga.

"Gabut ya?".

Cece mengangguk sebab sudah hampir setengah jam mereka terjebak kemacetan.

"Lo pake lipstik transferproof nggak?".

"Gue cuma pake liptint, kenapa?".

"Shall we kiss?".

Cece terdiam. Tatapan Jingga membuatnya merasa.. dia ingin berada dititik ini lebih lama. Namun ia masih begitu gengsi mengakui semua perasaan yang ada.

"Jangan ngebaperin gue, gue anaknya nggak gampang baper". Jawabnya lalu membuang tatapan ke jalan.

"Siapa yang ngebaperin lo? Gue cuma ngajak ciuman".

Cece membuang napas frustasi.

"Mau kagak?". Tanya Jingga dengan menuntut, sebelah tangannya menyibak rambut Cece kebelakang telinga.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang