034

230 35 5
                                    

Gue lagi semangat banget nulis kisah mereka

Sekarang gue punya target buat kelarin cerita ini sampai akhir bulan

Itu dateline yang gue buat sendiri sih hehe

Gue pengennya dulu nelat aja kelarin ini

Tapi gabisa gitu juga yakan

Banyak ide baru buat bikin cerita baru juga, tapi gamau ngerecokin semuanya

Karena cerita yang bagus itu adalah cerita yang selesai

Jadi mari kawal kapal ini sampai mereka karam

Enggak mangsudnya berlayar

Hehe

________________________________

Jingga mengalihkan pandangannya kelayar ponsel Kevin yang berdering, cukup mengganggu konsentrasinya pagi ini.

Kadang hatinya panas sendiri karena hanya ponselnya yang tidak berdering padahal dia menyimpan mungkin lebih dari seribu kontak di ponselnya.

Jingga setengah mati ingin mengabaikan notifikasi di ponsel Kevin, tapi juga penasaran dengan apa yang masuk ke ponsel itu.

Hatinya mencelos saat mendapati pesan itu ternyata dari Bima, segera ia buka juga ponselnya. Mungkin kuotanya habis atau bagaimana, ternyata tidak ada pesan untuknya juga.

Rasanya ternyata bukan main sakitnya saat mengetahui kehadirannya ternyata tidak diinginkan.

Mereka membuat rencana tanpa dirinya. Pertemuan di Upnormal lantai dua malam nanti pukul 7. Jingga menangkapnya seperti itu.

Ketika telur mata sapi di penggorengan mulai gosong. Jingga mematikan kompor, diambilnya telur setengah gosong itu dengan sutil kemudian membuangnya kedalam tempat sampah.

Dia merasa sudah tidak lapar lagi.

"Kok malah di buang? bukannya lo suka yang agak gosong?". Tanya Kevin.

Jingga mengabaikan kalimat Kevin dan meninggalkan cowok itu sendirian di dapur. Jingga mencari keberadaan Bima, kakinya melangkah keluar.

"Bima mana?". Tanya Jingga pada Juna yang sedang menjemur pakaiannya.

"Ngampus".

Kemudian Jingga masuk lagi mengambil kunci motornya.

"Kak... helm gue mana?". Sorak Jingga dari dalam.

"Basah, ini gue gantung disini".

Jingga berusaha mengabaikan kekesalannya pagi ini, akhirnya Jingga mengendarai mobil Agus kekampus.

Sesampai di kampus Jingga mencoba menghubungi Bima, cowok itu mengangkat panggilan Jingga dengan cepat.

"Kak gue di depan biro fakultas lo".

"Ngapain?".

"Mau ngomong".

"Bentar, gue kesana".

Sekitar lima menit Jingga menunggu, sekarang Bima sudah berada di dalam mobilnya. Meski pahit yang ia rasakan, tapi Jingga berusaha untuk tidak memuntahkan emosinya pada Bima.

Hening.

"Ntar malem dateng ya, ke Upnormal". Ujar Bima.

Kalimat itu membuat Jingga melebarkan matanya.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang