050

171 20 1
                                    

Hallo semuanya, kembali lagi bersama siaran radio Jingga FM
Hehe candaaa

Omaigahh, udah lama nggak nulis cerita si Jingga. Part kali ini agak kocak sih wkwkwk

JANGAN LUPA VOTE YA BESTAIII😚😚

***

Pukul Tiga sore biasanya digunakan oleh anak kos untuk tidur melanjutkan mimpi pagi yang terpotong, lalu kemudian bangun di waktu magrib dan menyusun rencana masa depan. Itu tidak akan sampai ke tahap eksekusi alias angan-angan ngalor ngidul doang. Dan siklus itu akan berulang setiap harinya. Penyakit yang lazimnya diderita oleh mahasiswa masa tenggat.

Namun agak berbeda pada sore ini, Jingga kelihatan asik berbicara dengan tukang potong rambut mengenai hewan apa yang paling kurang ajar kalau mereka bisa berbicara.

Jawaban Jingga adalah kucing. "Bang, kucing mah butuh kita cuma buat makan doang njir, coba aja kalau dia kenyang, buang muka. Mana mukanya songong banget lagi. Untung nggak sambil lempar-lempar kaos gratis."

"Ettt dah bocah mulut elu."

"Hahaha, diem nggak ngapa-ngapain, bergerak cuma minta makan doang. Kucing sialan."

"Tapi lo bilang cewek lo suka kucing nggak sih?"

"Cuma suka ngasih makan doang dia mah, kalau gabut dia bakal turun dari lantai kosan ke bawah buat ngasih makan kucing jalanan. Cewek gue emang gitu, suka nyetok makanan kucing tapi gamau punya kucing, suka nggak jelas."

Jeda, Jingga memperbaiki posisi duduknya. "Lo tau nggak bang? Dia ngajakin gue ke Bali buat apa coba? Kalau lo jawab buat healing, salah"

"Kalau bukan buat liburan, emang buat apa lagi?"

"Buat ngeliat bule ngomong pake bahasa Indonesia. See? Nggak jelas banget kan?"

"Sama sih kayak elu Cil, suka nggak jelas juga. Btw cewek lo kuliah jurusan apa?"

"Psikologi bang, gue heran kok bisa ya orang yang punya kesabaran setipis kulit bawang kayak dia masuk psikologi?"

"Lo pernah nanya nggak?"

"Pernah."

"Dia jawab apa?"

"Bukan urusan lo. Katanya. Sakit banget hati gue. Tersayat-sayat." Jawabnya sambil mengusap dada.

Sedangkan Cece menunggu dengan ponsel Jingga di tangannya. Dia menghitung tepatnya 11 akun Instagram yang DM Jingga hari ini. Isinya tentang macam-macam modus adik tingkat dalam mencari perhatian. Ada yang nanya tentang materi kuliah, tugas kuliah, jadwal kuliah, sampai uang kuliah.

Semuanya direspon ramah oleh Jingga.

Tuh tuh tuhhhh kumat kan gatel nyaaa, tampol juga nih

Cece mengembus napas berat, Jingga-nya belum berubah. Masih Jingga yang suka minta nomor hp duluan. Masih Jingga yang ngajak ketemu duluan. Masih Jingga yang suka memanggil sayang semua lawan bicaranya.

Lalu Cece tersentak dengan notifikasi baru bernama Rania Aidene, yang katanya sahabat padahal cinta sepihak. Cece menelan ludah ketika bubble pesannya terbuka. Ternyata yang Jingga ajak nemenin potong rambut duluan bukanlah dirinya, melainkan Rania. Ludahnya terasa pahit seketika.

Lalu memalingkan wajah kearah Jingga yang cekikikan ketawa, entah sudah sampai mana pembicaraan mereka.

Lalu memalingkan wajah kearah Jingga yang cekikikan ketawa, entah sudah sampai mana pembicaraan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu kembali terpaku pada layar ponsel. Dipikir-pikir dan dirasa-rasa, jadi second choice itu ngga enak banget ya.

Jingga itu bajingan, ya dirinya tahu itu.

"Sayang, gimana? Gue udah cakep belum?" Suara Jingga menyentaknya.

Cece mengangkat kepalanya agar pandangan matanya tertuju pada lelaki itu. Kemudian menyerahkan ponsel Jingga sambil berkata, "banyak DM masuk tadi gue nggak sengaja baca."

Jingga mengambil ponsel itu sambil mengangguk, "lo bales juga gapapa," jawabnya.

Hening.

Jingga mendekat dan mengusak rambut Cece, "Kenapa lo cemburu?"

Gadis itu menggeleng, "udah kan? Ayo pulang. Gue capek."

Sebelum gadis itu berbalik dan melangkah keluar, Jingga menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya.

"Apaaa?" Tanya Cece sambil menatapnya sinis.

"Makan yuk?!"

Cece menepis tangan Jingga, "goblok! Barusan habis makan."

"Laper lagi, Cel."

"Makanya sebelum makan bismillah dulu kontol," jawab Cece, entah apa yang merasukinya.

"Mulut lo anjir, itu malaikat disebelah lo istigfar 33 kali."

"Biarin! Mulut lo juga kayak taik," jawabnya.

Cece merasa emosinya seketika naik, "tuh tuhhhh, gigi lo mending di pagerin tuh, biar rapi, biar ngga ngomong kasar juga" cecar gadis itu. "Muka lo juga harusnya di basuh air whudu, kusam banget! Kayak kentang busuk."

Jingga terdiam seketika terhadap serangan tiba-tiba ini, "dihhh?" Lelaki itu merasa tertantang dan meregangkan lehernya, "saran gue ya, mending lo kemana-mana bawa buku catatan dosa biar nggak menghina orang. Mentang-mentang cantik, lo seenaknya ngatain gue kentang busuk."

Jeda, "Satu lagi, kalau gigi gue rapi. Pelet gue bakal lepas. Paham lo? Kagak tau aja lo cewek-cewek suka sama gigi gue yang begini."

Jingga reflek menutupi wajahnya ketika Cece ingin memukulnya, "akhlak lo tuh kayak Firaun," balas Cece setelah berhasil memukul kepala Jingga. Sehingga tangannya penuh oleh sisa potongan rambut Jingga yang masih menempel di kepala lelaki itu.

"Ehhh akhlak lo tuh yang kayak istri Abu Lahab. Pembawa kayu berduri," balas Jingga tidak terima.

"DIEM LO SEBELUM GUE GAMPAR YA, PANCI ANGUS!"

"Lo duluan yang mulai ya, sabun colek!"

"Kalian cocok banget," sorak abang-abang tukang potong rambut dari belakang ruangan.

Hening. Mereka saling membalas tatapan tajam.

"Lo kalau mau marah-marah mending sambil temenin gue makan aja ayo! Gue laper."

Jeda. Cece masih menatapnya nyalang, seakan siap menghujam Jingga dengan berbagai umpatan lagi.

"Asal lo tau, makan panggang bebek di anak yatim itu porsinya dikit banget," jingga mengacungkan telunjuk tepat di mulut Cece sebelum gadis itu berbicara, "ssttttt... ntar aja kalau mau ngatain gue lagi, oke?" Lalu menggiring gadis itu masuk ke mobil.

Setelah bokongnya duduk di mobil, gadis itu masih bergeming. Cece enggan menatapnya "kenapa cantik? Kok tiba-tiba ngereog? Ada sesuatu dalam hp gue?"

Lengang.

Jingga mulai melajukan mobilnya, "maafin gue ya."

Permintaan maaf Jingga hanya dibalas diam oleh Cece. Sehingga ketika mobil mereka tepat di depan rumah makan Padang, Jingga berhenti. "Tunggu di mobil aja, gue mau bungkus, makan di apart."

Langkah kaki Jingga terhenti tepat didepan mobil mereka. Lelaki itu berdiri sejenak melihat ponselnya.

Tiba-tiba kakinya lemas saat membaca pesan dari Agus. Jantungnya terasa seperti meloncat keluar dari tempatnya. Kemudian setelah menemukan kesadarannya, Jingga bergegas masuk kembali ke mobil.

Brukkk..

Jingga membanting pintu, menyalakan mesin dan menginjak gas tanpa mengatakan apapun.

Cece yang sedari tadi mencoba meredam emosi karena rasa cemburunya, seketika merasa bingung, apa yang sebenarnya Jingga kejar hingga laju mobilnya seperti ingin bersinggungan dengan maut.

"Kenapa?" Tanya gadis itu khawatir.

Hening. Mata Jingga menatap lurus. Membelah jalan dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa ,Ga?" Tanya Cece sekali lagi sambil menyentuh lengannya.

"Kak Akbar," jawabnya gemetaran. "Kak Akbar sayang, masuk rumah sakit."

*
*
*

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang