017

357 49 5
                                    

Ada satu orang dalam hidupmu yang berkali-kali pergi dan berkali-kali datang.
Dan kamu tetap tak bisa membencinya
Karena kamu mencintainya.

♡Marcel♡

__________________________________________

Dua minggu berlalu.

Sejak kemarin Jingga di gandrungi perasaan gundah, galau dan kalut. Ada dua alasan yang melatar belakangi itu. Pertama, batang hidung yang tak terlalu mancung miliknya saat di periksa ke dokter ternyata patah. Kedua, sahabat karibnya Agus Yunanda nyaris di diagnosis geger otak karena terbentur keras di aspal.

Mereka habis berkelahi adu jontos perihal perkataan yang ia anggap sepele.

Sepele yang mendatangkan mala petaka. Kita beri saja judul seperti itu.

Kejadian itu terjadi saat mereka berlibur ke puncak. Saat itu nyaris tak ada yang bisa melerai mereka. Agus kalau sudah mengamuk, selayang akan mirip-mirip Chris John. Karena itulah pukulannya tepat sasaran, batang hidung Jingga patah dan keluar darah sampai dua liter banyaknya.

Begitu pula Jingga, meskipun wajahnya hello kitty namun jika berkelahi seperti sedang kerasukan jin dari pluto. Mereka tak akan berhenti sebelum keduanya babak belur.

Perlu di ingat kembali, Jingga itu brengsek. Mulutnya lemes. Sebetulnya gelar social butterfly yang banyak di elu-elukan orang untuknya itu terasa seperti kebohongan besar. Jingga tak sepenuhnya pantas bisa menyandang gelar itu.

Sekali lagi. Jingga itu brengsek.

Dan jangan lupakan bahwa ia adalah seorang pasien gangguan mental meskipun terdiagnosa normal.

Yang lebih parahnya, dimata Cece Jingga itu adalah orang gila.

Ya, cece berani mengatakan itu walaupun ia belum berhak mendiagnosis Jingga dengan diagnosa apapun. Namun selama mengenal Jingga, banyak sekali hal-hal gila di luar nalar yang selalu membuat Cece memutar otaknya berkali-kali.

Sialnya, ia harus tetap bersama Jingga walaupun hatinya mungkin akan terluka parah.

Selama seminggu ia berada di puncak di tambah seminggu masa pemulihan hidungnya. Selama itu pula ia tak memberi kabar apapun pada Cece.

Kini Jingga duduk di pelataran rumah sambil menghirup rokoknya. Jingga melihat langit senja. Meskipun awan hitam itu sudah tampak begitu tebal, sepertinya hujan belum ingin turun.

Kalau saja Kevin tidak sedang galau-galaunya. Mungkin ia sudah mengajak cowok itu ikut membelah jalan kota berdua dengan motor.

Satu informasi lagi dari dua minggu tanpa kabar, sebenarnya Kevin dan Maya putus. Cewek itu berselingkuh dari sahabatnya, hal itu juga yang membuat Jingga merasa malas menghubungi Cece. Karena tahu bahwa Cece akan sepenuhnya membela sahabatnya itu.

Meskipun saat ini ia dan Agus sudah berbaikan, namun tetap saja mereka masih canggung. Belum ada deep talk di antara keduanya.

Jingga kembali menghidup rokoknya, entah sudah berapa batang ia hisap sedari tadi. Jingga duduk diluar karena menunggu hujan turun.

Jingga suka hujan.

Apa lagi hujan yang baru saja turun ke bumi, aroma khasnya menjadi candu baginya. Meskipun hujan akan mendatangkan kegalauan bagi siapapun, namun itu tak berpengaruh buatnya.

Karena baginya ketika hujan adalah saat yang pas untuk bengong. Memperhatikan rintik air itu mencium tanah membuat perasaannya seketika menjadi tenang.

JINGGA & MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang