2

1K 143 33
                                    

Happy reading
____________________________

Di sebuah ruangan kamar yang menjadi saksi dua gadis sedang melakukan perdebatan sengit. Saat mina mengutarakan rencananya.

"Apa! Aku! Kau gila ya!" umpat sana si gadis kaca mata, saat mina mengungkapkan keinginannya. Bak tersambar petir ia mendengar keinginan tak masuk akal sahabatnya.

"Iya, san. Kamu! Jadilah pengganti nayeon. Menikahlah dengan kakakku," pinta mina memegang tangan sana penuh harap.

"Menikah dengan kakakmu!" Suara sana meninggi seakan tak percaya.

"Please, san. Nama baik keluargaku di pertaruhkan. Jika pernikahan ini batalkan, semua media akan meliput berita memalukan ini, kakakku juga akan masuk dalam lambe ghibah," jelas mina akan dampak jika pernikahan ini tidak jadi di gelar dalam keluarganya.

Sana memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. Tubuhnya oleng jatuh terduduk di sofa.

Menikah ... kata itu belum pernah terlintas di pikiran sana, prioritas hidupnya hanya bekerja, bekerja dan bekerja, untuk kebahagiaan adik dan ibunya. Bagaimana kehidupan adik dan ibunya jika dia menikah?

"san, tolong keluargaku. Nama baik keluargaku ada di tanganmu," pinta mina lagi membuat lamunan sana buyar.

Sana menarik napas berat. Menatap mina yang berdiri di hadapannya memasang raut iba.

"Menikah min! Aku belum siap menikah!" tekan sana

"Please san. Media meliput pernikahan ini." Mohon mina

"mina, kau tahu aku ini tulang punggung keluarga. Hidupku banyak tanggungan. Aku harus menghidupi ibu dan adikku, aku bahkan belum membahagiakan mereka. Jika aku menikah bagaimana dengan mereka? Aku harus bekerja keras untuk mereka!" terang sana

"Kau tetap bisa bekerja setelah menikah. Yang penting hari ini tolong selamatkan keluargaku dari malu."

Sana mengusap wajah yang di hiasi kaca mata, sungguh frustrasi. Mina tidak menyerah untuk memintanya menikah.

"Bagaimana aku bisa menolongmu dengan menikahi kakakmu. Kau tahu kan cicilan motorku baru kebayar lima kali, hutang gadai sertifikat rumah kami di bank masih ada 3 tahun lagi dan tahun ini juga jihyo akan masuk kuliah, belum lagi kreditan panci dan tupperware ibuku," oceh sana panjang lebar menjabarkan beban hidupnya.

"Dan satu lagi. Aku belum membahagiakan ibuku! Ibuku belum naik haji!" teriak sana semakin putus asa akan keinginan mina

Mina mendesah kasar, merotasi manik matanya mendengar tanggungan hidup sahabatnya. Oh sungguh sangat berat.

"Itu semua terbayar jika kamu menikah dengan kakakku," sambar mina

Sana seketika bangkit dari duduk, menatap tajam sahabatnya.

"mina! Kau ingin membeliku," kata sana terdengar kecewa dengan ucapan sahabatnya. "Apa kau juga akan memandang rendah diriku! Aku pikir kau berbeda, Ternyata kau sama saja seperti orang kaya lain!" tuding sana

"Bu ... bukan begitu," jawab mina gelagapan, sana telah tersinggung dengan ucapannya. Namun inilah yang mina kagumi dari sana gadis yang berjuang untuk keluarganya sendiri. Tak pernah bergantung pada orang lain. Sana tidak berpikir jika dia menikah dengan dahyun  maka semua beban hidupnya akan sirna dalam sekejap mata.

Mina menggenggam tangan sana, matanya mulai berkaca-kaca melihat raut wajah sana

"Maafkan aku! Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau adalah orang yang tulus! Kau berteman denganku tanpa memandang siapa diriku. Aku yakin padamu. Maafkan aku," kata mina dengan nada terendah.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang