35

685 111 24
                                    

Happy reading
____________________________

Sana meninggalkan kantor D&S dengan hati yang hancur. Melangkahkan kaki dengan berat, terus berjalan tak tentu arah. tatapannya kosong hanya linangan air mata tiada henti menetes dari pelupuk netra matanya.

Putus asa itulah yang dirasakan, harapannya, mimpi semuanya terhempas. Rasanya dia ingin menghilang saja beban yang ia pikul terlalu berat.

Pemuda yang ia cintai meninggalkannya begitu saja saat ia dalam kesulitan. Lebih memilih menemui mantan kekasihnya. Hatinya hancur, remuk. Ini pertama kalinya dia merasakan namanya belenggu kesakitan patah hati.

"Dia akan kembali pada nayeon," lirih sana bulir bening itu terus mengalir. membasahi pipinya.

Bayang dahyun kembali bersama nayeon terus terlintas. Dadanya terasa sesak rasa cemburu, sakit dan di campakkan semua menyatu menjadi satu.

Sebuah kenangan berputar di kepala sana.

"Kita lihat saja nanti kalau kak dahyun datang ke acara jihyo berarti dia mencintaimu. Tapi jika dia tidak datang dia tidak peduli padamu!"

Ucapan mina tentang tebakan perasaan cinta dahyun kepadanya yang kembali terniang membuat perasaannya tersayat.

"Dia tidak datang! Ke acara jihyo, itu berarti Dia memang tidak mencintaiku! Dia tidak peduli padaku!"

"Aku bodoh! Kenapa aku percaya dia mencintaiku," sesal sana padahal sekuat hati dia mencoba tidak percaya jika dahyun mencintainya karena takut terluka dan sekarang lihatlah, ia terhempas.

"Dia tidak mungkin mencintaiku!" bibir sana terlipat dalam mencoba agar tangisannya tidak pecah.

Memori tidak mengenakan bersama sekretaris dahyun menari di pikirannya.

"Presdir kami tidak mungkin memilik istri yang penampilannya kampungan seperti dirimu!"

"Lihat penampilanmu norak culun, gadis kampung. kau mengkhayal terlalu tinggi!"

"Bodoh! Seharusnya aku sadar siapa aku! Dia benar aku hanya gadis kampungan, norak, culun. Aku memang tidak pantas bersama dengan dia!"

Sana menghentikan langkahnya, menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia menangis sejadi-jadinya sungguh dia sudah tidak sanggup lagi hanya karena status serta penampilannya orang selalu merendahkannya dan menghinanya bahkan dahyun pun seperti itu.

Suara getar ponsel membuat sana mengangkat wajahnya. Tangannya lalu Meraba saku kantong jaket yang di pinjamkan tzuyu padanya.

"Ponsel tzuyu di sini,!" ucap sana lalu melihat nama kontak yang tertera.

"Ibu." sana lalu menjawab panggilan.

"Halo. Ibu jihyo tidak apa-apa kan bu?" tanya sana cemas pikiran buruk terus berputar di kepalanya.

"jihyo masih di tangani oleh dokter, kau di mana san?" tanya suara lelaki di seberang sana yang ternyata adalah tzuyu memakai ponsel ibunya.

"tzu! Aku ..." suara sana tertahan. Ingin rasanya ia mencurahkan seluruh isi hatinya pada sahabatnya tentang apa yang ia alami tadi. Sahabatnya ini pasti tak akan tinggal diam jika tahu ia di hina.

"Kau menangis san!" nada tzuyu terdengar cemas.

"Kau kenapa lama sekali!"

"Aku akan kembali secepatnya," jelas sana setelahnya menutup panggilan tak kuasa menahan tangisan.

Oh, astaga ia harus kembali ke rumah sakit. Sedangkan ia tidak mendapatkan bantuan dari dahyun, bahkan hanya hinaan, bagaimana dengan pengobatan adiknya?

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang