Happy reading
____________________________Sana baru saja menginjakkan kaki di kamar dahyun tepat saat larut malam. Kesibukan yang begitu padat merias serta membantu mina sebagai WO. Membuatnya sejenak melupakan rasa sakit yang mendera pundak belakangnya.
Manik mata hitam sana menatap pemuda yang telah bergelung nyaman di bawah selimut.
Ya si galak dahyun telah terlelap jatuh ke alam mimpi indah.
Gadis berkacamata ini pun melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan.
Sana mulai membuka pakaiannya, seketika ia meringis saat melihat luka lebam dan membengkak di pundak belakangnya dari pantulan cermin kamar mandi, akibat insiden tertimpa lampu gantung.
"Pantas saja sakit sekali, ternyata bengkak dan lebam, ini pasti terkilir," keluh sana tangannya bergetar, merasakan sakit yang sangat mulai menjalar. Bagaimana tidak lampu besar itu menimpanya dengan keras.
"Aku harus pergi ke tukang urut untuk mengobatinya. Biar tidak semakin parah," putusnya kemudian melanjutkan membersihkan diri.
Setelah beberapa saat sana telah berada di sofa, tempat yang menjadi alas tidur setiap malam.
Dengan pelan sana membaringkan tubuhnya. Mencari posisi nyaman agar bisa tertidur dan mengurangi sedikit rasa sakit.
"Semoga saja tidak parah dan aku masih bisa merias anak pak lurah nanti. Tinggal beberapa hari lagi," gumam sana memasang wajah sendu, merias anak pak lurah adalah moment penting bagi karier meriasnya. Dia tidak boleh gagal lagi kali. Namun dengan kondisi tangan yang cidera, ia hanya bisa berharap cepat pulih, tidak kembali merasakan sama seperti nayeon, gagal lagi.
"Ahh sakit sekali! Besok aku harus ke rumah tukang urut mak enah," keluh sana merasa nyeri mendera menjalar di pundak belakangnya.
Mentari pagi telah menyinari, bias hangatnya masuk melalui celah jendela membuat pemuda yang terlelap, mulai membuka mata pelan, menggeliat mengumpulkan separuh nyawa yang hilang.
"Culun!" gumam dahyun
Manik mata dahyun menyorot sofa tempat sana tertidur dan ternyata gadis itu tidak berada di sana.
"Dia masih bekerja itu berarti dia baik-baik saja." Dahyun menarik napas lega.
Sejujurnya, semalam dia memikirkan bagaimana keadaan sana. Insiden lampu gantung terus berputar di kepalanya. Bagaimana keadaan si culun?
Pemuda ini pun kemudian beranjak turun dari ranjang. Seperti biasa saat dia tak mendapati sana di dalam kamar, dahyun akan menarik laci nakas tempat di mana surat perjanjian mereka tersimpan.
Sudah merupakan kegiatan rutin dahyun membuka kertas itu mencari tanda tangan sana
Ya ... hingga saat ini dia masih berharap sana tertarik dengan tawarannya dan menandatangani surat perpisahan mereka. Namun seperti biasa hanya secarik kertas kecil yang ia dapatkan.
Petuah move on
Kata orang jika cinta dia akan kembali.
Tapi bagiku, sebenarnya jika cinta dia tidak akan pergi.
Dahyun memicing tajam menatap kertas kecil di tangan. Lagi dan lagi selalu petuah move on yang ia dapatkan.
"Culun!" desis dahyun pelan merotasi bola mata malas, tangannya telah menggantung untuk melempar kertas itu namun terhenti, dia mengurungkan, kali ini dia tidak membuang kertas sana, sama seperti yang sering dia lakukan. Dengan senyum miring tersungging dahyun meletakkan kembali kertas itu di saku Nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Presdir Favorite geeky Woman
Romance⚠ PASTIKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, AGAR AKU SEMANGAT BUAT CERITA!! ⚠ [SAIDA] Seorang wanita culun penata rias pengantin yang tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selalu memandang nya dengan sinis demi persahabatan nya "Kau tahu bagaim...