33

776 109 16
                                    

Happy reading
____________________________

Matahari telah naik, sinar teriknya terasa menyengat kulit. Dua sahabat ini terlihat tengah berdiri di depan sebuah pintu.

"Ketuk san," pinta mina nyalinya seakan ciut untuk mengetuk benda persegi itu.

Sana menarik napas panjang mengumpulkan keberanian. Tangan gadis berkacamata ini mulai mengetuk pintu.

Hari ini sana dan mina sedang berada di rumah sewa tzuyu, mereka telah sepakat untuk bertemu sahabatnya itu dan mengajaknya ke acara jihyo

Setelah beberapa saat menunggu, pintu rumah terbuka, terlihatlah pemuda tampan yang memasang wajah datar tak bersemangat.

Wajah yang sangat mereka rindukan.

"tzuyu!" sapa lebih dulu mina memasang raut muka bersalah.

"Hai tzuyu? Apa kabar!" selanjutnya sana menarik senyum tipis.

Tzuyu mendengus memutar bola mata jengah. Perasaannya kembali kacau melihat dua perempuan ini berdiri di hadapannya.

"Aku tidak ingin bertemu kalian!" balas pemuda ini dengan ketus lalu hendak menutup kembali pintu rumah.

Melihat tzuyu akan masuk dengan cepat tangan mina mencegahnya, menahan agar pintu tak tertutup.

"tzu jangan seperti ini!" pinta mina dengan nada memohon.

"Jangan marah lagi. Kami sangat merindukanmu!" sahut gadis berkacamata ini.

"Maafkan kami." mina tertunduk merasa bersalah dialah biang dari semua masalah.

"Rasanya sepi kau tidak ada di antara kami," ucap mina.

Melihat dua sahabatnya memohon padanya membuat tzuyu merasa iba, akan tetapi saat mengingat impiannya hancur dadanya kembali sesak.

"Pulanglah!" usir tzuyu

"tzuyu tolong dengar dulu! Ada sesuatu penting yang ingin aku sampaikan!"

"Aku tidak ingin dengar!"

"tzuyu!" sana memasang wajah memelas hingga membuat tzuyu menjadi tak tega.

Tzuyu menghela napas berat dua sahabatnya ini memang keras kepala, ia pun pasrah melipat tangan di dada.

Sana menarik sudut bibirnya, saat tzuyu diam. Ia pun mulai menjelaskan.

"Aku ingin memberi tahumu, jika di sekolah jihyo akan ada acara kelulusan! Kau datang ya," pinta gadis berkacamata ini.

"Iya, tzuyu. Jihyo pasti ingin kau mengabadikan moment kelulusannya, kau yang akan memotretnya," tambah mina ikut membujuk. Dia sangat berharap acara ini dapat membuat tzuyu berubah dan kembali pada mereka.

"tzuyu, jihyo adikmu kan," tekan sana.

Tzuyu hanya diam tanpa satu kata pun. Tangannya yang bersedekap terbuka meraih ambang pintu.

"Pulanglah!" satu kata berhasil keluar dari mulut tzuyu setelahnya pintu itu terbanting keras.

Dua sahabat ini kompak menarik napas berat, tzuyu telah menutup pintu.

"Dia masih marah!" ujar mina dengan kepala tertunduk lesu. Dadanya semakin terasa sesak ternyata sangat sulit membujuk tzuyu

"Sepertinya dia tidak akan datang," tambahnya terdengar lirih. Air matanya mulai menganak.

Sana mengusap punggung mina agar perempuan itu tenang.

"Sudahlah, ayo kita pulang!" ajak sana.

Mereka pun melangkah meninggalkan rumah tzuyu. Baru beberapa langkah dering ponsel di saku celana jeans mina berdiri. Ia pun meraih benda pipih itu membaca nama kontak yang tertera.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang