8

641 118 4
                                    

Happy reading
____________________________

Sana sedang melakukan pekerjaan merias calon pengantin wanita. Manik mata yang terbingkai kacamata fokus menatap wajah seorang perempuan. Seraya jari jemari tangannya dengan lentur mengaplikasikan make up.

Dret ... dret ...

Suara panggilan telepon membuat perhatiannya teralihkan. Sana pun meraih ponsel di tas pinggangnya.

Gadis ini menarik napas berat saat membaca nama yang tertera.

"Tunggu sebentar, aku jawab panggilan dulu." Ucap sana pada perempuan yang memakai jasanya.

"Culun!" teriak di seberang sana.

"Iya kak." Jawab sana menjauhkan ponsel dari telinga.

"Kau dimana?"

"Saya sedang merias pengantin kak."

"Aku mengirimkan alamat. Cepat datang,"

"Tapi, saya sedang bekerja kak."

"Aku tidak mau tahu dalam 15 menit kau sudah harus berada di tempat itu."

"Ha, 15 menit, tapi saya belum pasang konde kak."

"Aku tidak peduli! Kau harus datang! Kalau tidak aku akan menyeretmu!"

"Kak dahyun, tidak bisa."

Panggilan terputus sepihak, sana tertunduk lemah.

Ah dahyun selalu saja berbuat seenaknya dan tidak boleh di bantah.

"Menyebalkan sekali dia. Memang aku tidak punya pekerjaan lain, selain menurutinya," gerutu sana

Gadis ini menghela napas lalu memasukkan ponsel di tas yang membalut yang pinggangnya.

Sana kembali fokus merias, mengaplikasikan kuas di pipi sang calon penganti. Kali ini dia tidak akan menuruti perintah dahyun untuk segera datang.

"Memangnya dia tahu, aku dimana?" rancaunya.

Sana berkerja sangat profesional, dia tidak akan mau orang yang mengenakan jasa meriasnya kecewa, karena perkerjaan yang tidak sempurna.

Bagaimana pun kepuasan pelanggan yang utama itu prinsip di pegang sana. Jika semua telah selesai barulah dia bisa pergi.

"Wah! Ternyata benar kata orang. Kau memang hebat merias," puji perempuan itu menatap kagum wajahnya di depan cermin rias yang telah di hias oleh sana.

"Ini belum sempurna. Aku akan membuatmu sangat cantik di hari spesialmu," balas sana dengan senyuman beralih merapikan rambut perempuan itu, kemudian memakaikan siger sambil bertukar cerita. Tak lama sana meraih tusuk konde di dalam box.

Percakapan terhenti, saat terdengar suara riuh dari luar kamar. Mereka pun bertanya-tanya.

"Di mana nona sana?" sayup terdengar di telinga sana.

Sana tersentak kaget saat seorang tak di kenal masuk ke dalam kamar dan menghampiri.

"Nona sana!" sana tertegun sejenak untuk apa, orang tidak di kenal ini datang kemari.

"Nona sana, saya di perintah tuan dahyun untuk membawa Anda padanya," jelasnya.

Ha ... Sana tercengang, rahangnya seakan ingin jatuh, pemuda itu memang gila. Benar-benar menjeputnya paksa. Dari mana dia tahu dia berada di tempat ini.

"Ikut kami," pinta lelaki itu.

"Perkerjaan saya belum selesai," ujar sana menunjukkan tusuk konde di tangan.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang