50

1.2K 129 63
                                    

Happy reading
____________________________

Malam semakin larut, sana berada di dalam kamar berbaring telentang menatap ke arah langit-langit kamar.

Kepalanya terasa berat memikirkan semuanya. niatnya untuk menutup rapat pernikahannya pada ibunya kini telah terkuak. Kepulangannya ternyata adalah keputusan yang salah.

Suara pintu terbuka membuat perhatian sana terkalihkan, ia menatap perempuan paruh bayah masuk, berjalan mendekat ke arahnya.

Sana bangun menyandarkan tubuhnya di puncak tempat tidur.

"Dia sudah pulang?" tanya sana. Setelah menampar, meluapkan amarahnya dan ibu tahu dia telah menikah, sana lalu meninggalkan ruangan.

Jennie mengangguk lalu duduk di tepi tempat tidur.

Sana meraih tangan ibunya.

"Ibu, maafkan sana! Sana telah menyembunyikan semuanya dari ibu," mohon sana dengan cairan bening membasahi pipinya, merasa sangat bersalah pada ibunya. Oh, anak macam apa yang menikah tak memberitahukan ibunya.

Perempuan paruh bayah ini mengalihkan pandangannya, tatapannya kosong terlihat jelas kekecewaan di wajahnya.

"Ibu sangat kecewa padamu! Bisa-bisanya kau menyembunyikan pernikahamu pada kami."

"Ibu maaf." Isakan lelehan air mata sana semakin jatuh.

"Tadi dahyun datang bersama dengan ibunya untuk meminta maaf dan mereka menjelaskan semuanya pada ibu tanpa tersisa, tentang bagaimana awal pernikahmu terjadi, tentang kemarahanmu pada dahyun!" jelas jennie

Sana hanya terdiam tanpa kata.

"Ibu kecewa ibu tahu semua dari mereka bukan dari anak ibu."

"Bu." Rasa bersalah semakin menyeruak dalam hati sana. Ia pun mendekap tubuh ibunya. "Maafkan sana bu."

"ibu tidak menyangka ternyata selama ini kau telah menikah, kau adalah seorang istri dan kau meninggalkan suamimu dua tahun lamanya, dan itu yang selalu kau coba sembunyikan dari ibumu ini kan!" tangis jennie pecah.

Dekapan sana semakin erat, ini pertama kalinya ia membuat ibunya kecewa. Tangisan itu semakin keras.

"Kenapa kau tidak jujur nak!" raung jennie dalam pelukan.

"Maaf bu!"

Ibu dan anak ini larut dalam tangis.

Butuh beberapa saat hingga mereka tenang. Sana telah berbaring di pangkuan ibunya.

Jennie mengusap kepala putrinya dengan sayang.

"sana, ibu mengerti yang kamu rasakan. kecewa, sakit hati pada dahyun, ibu juga bisa merasakannya," ungkap sang ibu yang tahu alasan sana membenci dahyun.

"Tapi tidak ada gunanya nak menyimpan kebencian. Itu hanya akan membuat hatimu semakin tidak tenang nak," ucapnya menasihati putrinya.

"Bu, sana sudah tidak mau mengungkit semuanya. Sana hanya ingin melupakan semuanya," ujarnya lirih walau dadanya terasa sesak mengatakan itu.

"Lalu mengapa kau tidak memberikan kesempatan pada Nak dahyun untuk kembali padamu. Dia sudah minta maaf dan sangat menyesal." jennie bisa melihat itu, apalagi mendengar cerita dari ibu dahyun bagaimana selama ini putranya hidup dalam rasa bersalah atas kepergian sana

"Bu, dia itu berbeda dengan kita, statusnya, derajatnya."

"Kamu sangat benar, tapi san, bagaimana pun dia adalah suamimu, kalian telah menikah dan terikat pernikahan. Tidak semudah itu melepaskannya," jelas jennie terus memberikan nasihat pada putrinya.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang