20

836 128 19
                                    

Happy reading
____________________________

Di gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Di ruang presdir D&S, Dahyun terlihat sibuk bergelung dengan banyaknya berkas laporan sesekali menatap layar komputer untuk mencocokkan data.

Sejenak perhatian dahyun teralihkan saat Chaeyoung masuk ke dalam ruangan membawa berkas laporan. Setelahnya kembali menatap komputer.

"Ini laporan yang kau minta," ucap chaeng meletakkan map lalu mendaratkan tubuhnya di kursi yang ada di hadapan dahyun

Tangan dahyun terulur mengambil berkas itu. Tak menghiraukan Chaeyoung membuat pemuda ini menatap heran sang atasan yang terlihat sangat sibuk.

"Siapkan semua laporan yang penting, atur jadwal, kita akan ke Jepang," ucap dahyun dengan nada datar sembari membaca laporan.

"Ke Jepang?" ulang Chaeyoung mengening,

"Bukan kah kau tak ingin ke sana?" Masih jelas di ingatannya dahyun tak ingin pergi.

"Aku ingin melihat proyek itu" tegas dahyun

Chaeyoung bertanya-tanya dalam hati ada apalagi dengan pemuda galak ini. Namun hanya memilih diam.

"Baiklah aku akan mengaturnya, kita akan ke Jepang," sahut Chaeyoung lalu beranjak meninggalkan ruangan dahyun

Melihat Chaeyoung telah meninggalkan ruangan.

Dahyun melempar berkas laporannya dengan kasar, memijat pelipisnya. Bayang mencium si culun berputar memenuhi kepalanya.

Setelah mengetahui perasannya pada sana dahyun menyibukkan diri, mencoba agar pikirannya tidak terus terpaku pada si culun. Bagaimana pun dia tidak ingin cinta ini semakin tumbuh di hatinya.

Ya perasaan pada si culun itu salah dan dia harus menghapusnya.

Sementara dahyun galau akan perasaannya. Gadis yang membuat hati dahyun jungkir balik malah sedang berada di rumah bercengkerama dengan adiknya di dalam kamar.

Sana berbaring di kasur menelungkupkan tubuhnya. Inilah akibat menjadi MUA yang banyak orderan.

"Kulit punggung kakak bisa terkelupas, jika terus kerokan seperti ini," oceh jihyo sembari tangannya sibuk mengoles koin di punggung sana.

"Udah ji, jangan bawel, kerok aja," balas sana dengan mata tertutup menikmati sensasi yang di berikan jihyo di punggungnya.

"Kakak ini sudah tidak enak badan berhari, yang kakak butuh kan itu, ke dokter lalu istirahat. Jangan bekerja terus," oceh jihyo sejak tadi.

"Mumpung tawaran banyak ji, biar uang kita banyak," balasnya santai.

"Kerja mulu, kaya tidak, tipes iya," gerutu sang adik.

"jihyo," protes sana

Sana berbalik memperbaiki posisinya, duduk menatap adiknya yang terlihat sedih dengan keadaannya.

Sana meraih tangan adiknya mencoba memberi pengertian. "Pekerjaan kakak sebagai MUA sekarang udah bernilai belasan hingga puluhan juta, kalau seperti ini terus kakak bisa membayar berlipat, dua bahkan tiga bulan cicilan kita. Jadi cicilan kita akan cepat selesai, rumah kita selamat dari bank," jelas sana yang hidupnya penuh dengan cicilan.

"Beberapa bulan lagi kau juga akan kuliah, kakak akan menguliahkanmu di kampus terbaik," tambahnya dengan antusias.

Air mata haru seketika menetes di pipi jihyo dia pun beralih memeluk kakaknya tersayang.

"Makasih kak, atas semua perjuangan kakak."

"Ini semua demi kalian."

"jihyo hanya khawatir dengan keadaan kakak, jihyo tidak mau kakak sakit, ini sudah berhari-hari," jihyo semakin terisak.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang