36

676 113 29
                                    

Happy reading
____________________________

"sana, apa kau yakin akan berpisah dengan dahyun?" tanya tzuyu untuk kesekian kalinya pada gadis berkacamata yang berdiri di hadapannya. Sebelum ia yang di minta oleh sana mengurus semuanya melangkah pergi mengurus cek itu untuk mengurus pengobatan jihyo.

Setelah memutuskan membawa jihyo ke Jerman kini tzuyu mencoba membahas perasaan sana

Sana hanya menjawab dengan mengangguk pelan lalu tertunduk dalam.

"Apa kau tidak akan menyesal?" tekan tzuyu memastikan keputusan sana yang menukarkan pernikahannya dengan selembar kertas.

Gadis berkacamata ini terdiam membisu tak memberi jawaban.

Menyesal?

Tentu saja dia merasakan hatinya teremas kuat saat ini. Walau bagaimana pun Ada perasaan tak rela berkecamuk di ujung hatinya.

"Apa kau bisa melupakannya!" cecar tzuyu dengan tangan bersedekap, tatapannya seakan sedang mengintimidasi. Pemuda ini takut jika sana kelak akan menyesali perpisahannya bersama cintanya hanya karena ketidakberdayaan.

Bagi sana pertanyaan tzuyu semakin membuat lidahnya keluh. Apa dia bisa melupakan cinta pertamanya?

"Jawab san!" tzuyu beralih memegang bahu gadis berkacamata itu.

"Aku ... aku bisa!" ucap terbata tertunduk, tak ingin tzuyu melihat jika air matanya telah menggenang di pelupuk mata bersiap untuk jatuh.

"sana, lihat aku! Tatap mataku. Apa kau benar-benar ingin berpisah dengannya!" desak tzuyu sebelum menggunakan cek penukaran itu, untuk jihyo karena jika itu terjadi semua telah terlambat. "Kau tidak akan menyesalkan!" serunya sembari mengguncang tubuh sana yang hanya mematung.

Hiks ... Hiks ...

Mendapat cecaran sana terisak sudah tak dapat menahan lagi perasaanya yang seakan ingin meledak. "Aku ingin bertahan! Aku tidak ingin berpisah dengannya! Tapi aku bisa apa! Aku harus memilih jihyo! Aku tidak berdaya tzuyu! Aku tidak boleh egois!" tangis sana pecah meluapkan isi hatinya.

Tzuyu terdiam mendengar seluruh perasaan sana yang meluap.

Tangan tzuyu lalu terulur membawa sana yang terisak ke dalam pelukannya.

"Aku mencintainya tzu! Aku bodoh menyerahkan hatiku pada orang yang tidak bisa aku gapai!" raung sana memukul-mukul pelan dada tzuyu dengan kepalan tangannya. "Sekarang hatiku terluka!" ungkapnya tersedu-sedu.

Hati pemuda ini terenyuh akan nasib cinta sana. Tidak bisa berjuang untuk perasaannya. Rasanya tak adil bagi sana, menyerah hanya karena tak berdaya menukar cek itu dengan perpisahan.

Tzuyu mengurai pelukannya menatap wajah sana

"Aku akan mengatur semuanya! Kau beritahu ibu, jika kita akan membawa jihyo ke Jerman. Setelah itu kau pulang, bersiap-siap untuk keberangkatan kita!" jelas tzuyu mengusap wajah sana dengan telapak tangannya.

"Terima kasih tzuyu," ucap sana dengan nada serak diselingi anggukan.

Sana dan tzuyu pun melangkah pergi untuk tujuan masing-masing.

.

Tzuyu baru saja memarkirkan motor sportnya di depan halaman rumah sewanya.

Bergegas melangkah cepat masuk ke dalam rumah mempersiapkan diri untuk keberangkatan ke Jerman.

Setelah berada di dalam kamar, ia melangkah menuju lemari. Tangan tzuyu lalu meraih koper yang berada di atas lemari pakaian. Membuka kopernya lalu mulai mengisi dengan pakaian yang akan dia bawah dengan cepat.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang