6

732 115 12
                                    

Happy reading
____________________________


"Kemana dia? Kenapa dia belum pulang?" Dahyun berdecak kesal saat berada di dalam kamar, menantikan kepulangan sana sejak tadi. Dia sudah tak sabar menghadapi si culun yang enggan berpisah dengannya bahkan mengejeknya dengan pepatah move on.

Sementara di tempat lain sana telah menyelesaikan perkerjaan sebagai Mua. Dia baru saja merias pengantin wanita untuk acara malam di resepsi pernikahan.

Cahaya keemasan menghiasi langit senja. Sebenarnya sudah waktunya dia pulang sejenak, namun enggan. Langkahnya terasa berat untuk bertemu dengan dahyun. Ya pemuda itu pasti akan marah karena dia menolak titahnya.

Karena itu akan lebih baik dia menunggu pesta berakhir lalu membantu mempelai wanita untuk membuka pernak-pernik yang menghiasi kepala serta merapikan gaun sebagaimana tugas perias pengantin biasanya.

Sana berharap jika pulang larut malam dia tidak perlu bertemu dengan dahyun. Sungguh dia takut jika harus bertemu dengan dahyun lagi.

"Sana!" Suara lembut menyapa sana hingga rencana yang dia susun buyar.

"mina," sapa sana saat melihat gadis cantik bertubuh tinggi menghampiri.

"Aku sengaja menjemputmu. Ayo pulang," ajak mina merangkul lengan sahabatnya.

"Tidak aku harus membuka konde dan mahkota pengantin nanti, mengambil gaunnya," alibi sana menolak keras.

"Jangan banyak alasan, menghindar untuk pulang, mama mau makan malam dengan menantunya," paksa mina menarik tangan sana. Selama dalam ikatan pernikahan sana akan selalu menginap di rumah mina

"mina. Aku tidak mau pulang. Rumahmu mengerikan! Aku menunggu kakakmu tidur saja!" teriak sana namun tubuhnya terhuyung mengikuti tarikan tangan mina

"Kakakku sangat baik, tidak akan menggigitmu," ujar mina santai.

Dua sahabat ini pun masuk ke dalam mobil. Mina mengemudikan dengan kecepatan sedang.

"Bagaimana kak dahyun? semalam dia sudah pulangkan?" tanya mina penasaran. Karena kesibukan dia belum mendengar cerita sana tentang dahyun

Sana mengarahkan manik matanya pada mina. Wajahnya seketika kesal. Ya dia belum cerita kejadian semalam bagaimana dahyun merendahkannya dan ingin menukarkan tanda tangannya dengan dua milyar.

"mina kau!" geram sana

Sana melayangkan tinjunya pada bahu mina. Melampiaskan kekesalannya pada sahabatnya.

"argkkk.. Aduh san sakit!," pekik mina

"mina gila! Sekaya apa sih keluargamu! Kakakmu dengan gampangnya mau membeli tanda tanganku dua milyar. Itu berarti uang berkarung-karung," seru sana heboh.

Mendengar itu mina tersenyum lucu akan kepolosan sana. Sahabatnya ini memang hanya tahu dia orang kaya titik tidak lebih. Dia tidak tahu sekaya apa keluarga Vincent.

"Tapi, kamu tidak tergoda kan san. Dengan tawaran kakakku," sahut mina tangannya fokus memegang stir mobil.

"Ya tidak lah. Aku memang hidup susah, bukan berarti aku perempuan mata duitan. ingin kaya dengan cara singkat." sana melengos membuang pandangannya lalu kembali bertanya dengan antusias.

"Aku hanya ingin bertanya apa kau sekaya Rafatar?" tanya sana membandingkan dengan nama anak artis.

"Hahaha." mina tertawa keras mendengar pertanyaan gadis lugu berkacamata ini.

"Ih mina jangan tertawa,"

"Lebih dari dia san," jawab mina

Sana tercengang mengetahui fakta, ternyata dia selama ini berteman dengan orang luar biasa, bahkan sekarang menikah dengan pemuda yang hebat. Seketika sana merasa begitu rendah.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang