41

711 111 14
                                    

Happy reading
____________________________

Sana melangkah gontai dengan derai air mata terus membasahi pipinya. tatapannya kosong, hatinya berdenyut perih setelah kepergian sahabat terbaiknya tzuyu.

"Kenapa semua seperti ini!" rintih sana mengenang semua kejadian yang telah ia lalui, keadaan berubah begitu cepat satu persatu hilang dari hidupnya.

"tzuyu!" isak sana saat menatap kartu berwarna hitam pemberian sahabatnya itu.

Tak pernah sana berpikir jika persahabatan mereka yang kuat akan kacau seperti ini.

"tzuyu, mina. Aku sendiri sekarang!" isak sana

Kenangan sana berputar bagaimana mereka selalu menjalani hari bersama selama belasan tahun dengan ceria membuat kehebohan bersama mina dan tzuyu

"Ini semua karena aku menikah dengan dia!" sesal sana sembari menyeka air matanya.

Andai dia tidak menikah dengan dahyun Vincent sang presdir, persahabatan mereka pasti akan baik-baik saja. Tzuyu dan mina pasti masih bersamanya. Dan tzuyu tidak perlu mengorbankan diri untuk cintanya.

Sana benar-benar jatuh dalam titik terendah dalam hidupnya. Adiknya sekarat, pernikahan hancur, kini sahabatnya yang selalu menemani harinya tidak ada di sisi.

Sana melangkah masuk ke dalam ruangan jihyo, di mana adiknya berbaring tak berdaya.

Dengan derai air mata ia mendekat ke arah jihyo. Sana duduk di tepi ranjang sembari memegang tangan adiknya yang terpasang selang infus, menatap iba pada jihyo yang berbaring di ranjang rumah sakit dengan separuh wajah tertutup perban, serta selang-selang yang melekat untuk menopangnya bertahan hidup.

Rasanya sangat hancur hingga saat ini kelopak mata itu tidak ada tanda terbuka.

"jihyo bangun! Buka matamu sayang! Semua telah pergi!" ucap sana terdengar lirih mengungkapkan perasaannya.

"Temani kakak ji, semua orang telah meninggalkan kakak! Kakak tidak bisa tanpa kamu!" sana menaruh tangan adiknya di pipinya.

"Ku mohon temani kakak memulai hidup baru tanpa mereka semua!" sana mendekap mulutnya dengan sebelah tangan menahan isaknya saat kelopak mata itu enggan terbuka.

setelah mengeluarkan tangisannya di depan jihyo. Sana mengusap air mata yang membasahi pipinya mengeluarkan kartu hitam pemberian tzuyu.

"Maaf tzuyu, aku menghargai pengorbananmu! tapi, aku tidak akan kembali," ucap sana dengan pandangan memicing memutuskan hal penting dalam hidupnya.

.
.

Di kantor D&S, dua pemuda sedang duduk berhadapan dengan meja yang menjadi sekat pemisah.

Chaeyoung sedang menjelaskan sebuah proposal kerja untuk proyek yang akan mereka kerjakan nanti, sedangkan dahyun hanya duduk termenung di kursi kerjanya tak menanggapi. Pikirannya kacau, entah melanglang ke mana.

Chaeyoung yang menatap dahyun hanya termenung tak menyimak sama apa yang ia ucapkan menghela napas berat. Semenjak kepergian sana sahabatnya itu sudah tak bersemangat lagi menjalani harinya.

"Hyun, kita harus menyiapkan proposal ini secepatnya!" ujar Chaeyoung.

Lamunan dahyun buyar menatap Chaeyoung sesaat, kemudian menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Kepalanya terasa ingin pecah dia belum menemukan istrinya dan perkerjaan kantor juga mendesaknya.

"Bagaimana kau sudah mendapatkan informasi tentangnya?" tanya dahyun mengalihkan pandangan ke luar dinding kaca.

"Belum hyun. Sangat sulit, semua tertutup. Sepertinya akan butuh waktu yang lama," jelas Chaeyoung

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang