13

676 121 6
                                    

Happy reading
____________________________

Dahyun melempar berkas kantor ke meja kerja dengan kasar.

Ah sungguh dia tidak bisa berpikir dengan baik hari ini, suara isakan sana terus terniang di telinga.

Begitu banyak perintah, hinaan bahkan rasa sakit yang si culun rasakan darinya, namun mengapa hanya tak membiarkannya pergi tadi yang menjadi penyebabnya menangis.

Dahyun benar-benar tak habis pikir. Sepenting apakah merias orang itu bagi sana

Chaeyoung masuk ke dalam ruangan dahyun, menatap raut wajah sahabatnya yang sedang memasang wajah kesal. Duduk di kursi kerjanya.

"Ada apa hyun? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Chaeyoung menghampiri.

Dahyun mendesah kasar menatap Chaeyoung.

"Si culun!"

"sana. Ada apa dengannya?"

"Dia meminta izin padaku untuk merias hari ini dan aku melarangnya untuk pergi, dia malah menangis," gerutu dahyun meluapkan isi hatinya pada Chaeyoung. "Aku hanya ingin lukanya cepat sembuh agar aku tak terbebani lagi," cerocosnya dengan kesal.

Chaeyoung duduk di kursi berseberangan dengan pemuda galak ini.

"Dahyun, sana itu tulang punggung keluarga banyak cicilan, jadi dia tidak bisa berdiam diri saja," bela Chaeyoung

"Tapi bahunya masih sakit," sambar dahyun.

Chaeyoung menghela napas panjang. pemuda ini belum juga mengerti dengan keadaan sana

"Sebelum ayahnya yang pemabuk itu meninggal, dia telah meninggalkan banyak hutang sehingga sana terpaksa menggadaikan rumah mereka pada bank, dia juga punya cicilan motor, adiknya akan kuliah tahun ini, belum lagi biaya hidup adik dan ibunya" terang Chaeyoung yang telah menyelidiki kisah hidup istri sahabatnya.

"Itu semua sana yang bekerja keras, jadi dia memang tak punya waktu untuk istirahat hyun. Wajar jika dia menangis karena kehilangan pekerjaannya," tutur Chaeyoung memaklumi.

Mendengar cerita dari Chaeyoung, dahyun terbungkam memikirkan ternyata beban hidup si culun sangat berat.

"Tapi, aku kan sudah memberikan kartu untuk memenuhi semua kebutuhannya!"

"hyun, buka matamu, kau masih tak mengerti, dia tidak pernah mengharapkan uang dari siapa pun," terang Chaeyoung

Dahyun menghela napas panjang memikirkan benar apa yang di katakan Chaeyoung, selama ini dia telah salah menilai sana. Dia pikir si culun menginginkan uang darinya namun berbulan-bulan pernikahan mereka, sana sama sekali tak pernah menggunakan ke mewah sebagai istri dahyun Vincent.

"Oh, iya. Aku baru ingat," ucap Chaeyoung teringat akan sesuatu. "Menurut jadwal yang aku susun dengannya, seharusnya hari ini dia merias anak pak lurah."

"Anak pak lurah!" sentak dahyun.

Seketika ia terkenangan beberapa hari yang lalu ketika sana mendapatkan orderan merias anak pak lurah, gadis itu sangat senang hingga tanpa sadar berteriak dan menepuk punggungnya. Sana sangat menginginkan pekerjaan itu. Kini semua gagal karenanya

Perasaan bersalah semakin menghunus hati dahyun, ia kembali terniang isakan tangis si culun membuatnya menjadi semakin tak tenang.

Malam menyambut, semua telah berada di ruang makan, sedang menyantap makan malam bersama sembari berbincang. Sesekali dahyun mencuri pandang ke arah sana yang hanya makan dalam diam, tidak seperti biasanya si culun akan ceria bercerita bersama mina dan mamanya.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang