28

817 123 33
                                    

Happy reading
____________________________

Pemuda tampan yang berprofesi sebagai fotografer ini sedang melakukan tugasnya, membidik kamera pada sepasang pengantin yang ada di hadapannya dengan perasaan gundah. Sudah seharian hati tzuyu gelisah, Sekelebat bayang sana dan dahyun kemarin terus menguasai pikirannya. Sungguh hatinya tak tenang dan tak fokus dalam bekerja, ia merasa ada yang ganjil dengan kedekatan dahyun dan sana

Apalagi akhir-akhir ini kakak mina itu terlihat mencari perhatian sana. Logika tzuyu merangkai semuanya. Kemarin saat di rumah baru sana ia melihat gadis berkacamata itu berduaan dengan dahyun di dapur, namun saat ia ingin menghampiri seketika mina datang menarik tangannya untuk pergi menjauh hingga ia tak sempat bertanya maupun memastikan.

Sana ikut di tengah semarak pesta, menatap puas mahakaryanya sebagai MUA yang terpampang di pelamin, pengantin wanita terlihat begitu bersinar berkat jari-jemari ajaibnya. Selesai dengan tugas, kini sana mengistirahatkan tubuhnya sejenak duduk di kursi tamu.

Tzuyu menatap sana dari kejauhan, tak ingin terus di landa kegelisahan, ia pun hendak menghampiri gadis berkacamata itu kebetulan tiga sahabat ini memang sedang berada dalam perkerjaan yang sama.

Sana menarik kedua sudut bibirnya ketika melihat tzuyu sahabatnya melangkah mendekatinya.

"sana!" sapa tzuyu duduk di samping sana.

"Iya, tzu," balas sana.

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap tzuyu menatap wajah berbingkai kacamata itu lekat.

"Ada apa?" tanyanya santai.

"Ini penting, Aku tidak ingin bicara di sini," ujar tzuyu

Alis sana bertaut dalam menatap mimik serius dari pemuda yang duduk di sampingnya.

"Penting!" ulang sana.

Apakah hal penting yang ingin tzuyu bicarakan padanya? Membuatnya menjadi penasaran.

"Iya, pulang nanti, kita ke warung mas Joko," cetus pemuda ini.

"Baiklah." sana mengiyakan.

Tzuyu menarik napas lega, setidaknya perasaannya sedikit tenang untuk melanjutkan pekerjaannya.

Di gedung perkantoran D&S. Dahyun sedang duduk di kursi kerjanya menatap kosong ke arah ke arah layar komputer, bayangan malam pertama bersama istrinya terus saja menari-nari di kepala.

Pikiran liar itu terus terniang, suara desahan erangan masih melekat jelas hingga membuatnya tak bisa berkonsentrasi.

Tubuh sana bak candu baginya. Rasanya dia ingin mengulanginya lagi dan lagi ...

Dahyun mengeram kesal, tak berdaya dia tak punya waktu menghabiskan malam bersama istrinya.

Kepala dahyun berputar mencari cara agar bisa bersama sana, hingga sebuah ide merasuk dalam otaknya.

Pemuda tampan ini lalu meraih ponselnya menekan sebuah kontak. Setelahnya membawa benda pipih itu ke kelopak telinganya.

"Halo sayang."

"Bagaimana keadaan mama?"

"Mama baik-baik saja. Kamu dan adikmu baik-baik saja kan. Oh iya mantu mama bagaimana?"

"Semua baik-baik saja. Mama kapan pulang." Suara dahyun terdengar merengek bak anak kecil.

"Tumben, kamu nanya mama kapan pulang,"

"Dahyun kangen."

Oh, kata yang jarang sekali keluar dari mulut dahyun, semua demi sana.

"Kangen? Ini beneran dahyun anak mama kan."

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang