14

684 121 26
                                    

Happy reading
____________________________

Jutaan bintang menghiasi langit malam. Sana dan dahyun sedang berada di dalam kamar.

"Kak dahyun tidak perlu, aku bisa sendiri," ucap sana, saat menatap tangan dahyun membawa kotak p3k melangkah mendekat ke arahnya yang sedang duduk di sofa.

"Biar aku saja." Dahyun telah duduk di samping sana

Uh ... Gadis berkacamata ini menghela napas berat benar-benar keras kepala ya.

Sudah beberapa hari ini dahyun selalu merawat lukanya, memberikan perhatian padanya membuat sana merasa tak enak hati karena telah merepotkan pemuda galak ini. Walaupun sebenarnya ini adalah bentuk tanggung jawab dahyun padanya.

"Biar aku lihat lukamu," kata dahyun tangannya telah siap dengan gel untuk mengusap luka sana

Sana memasang wajah memberengut sebenarnya, dia sangat malu jika dahyun harus melihat bahu belakangnya. Namun suami galaknya ini selalu saja memaksa dan tak terbantahkan.

Sana pun berbalik, memunggungi dahyun, mulai membuka kancing bajunya piamanya.

Setelah membuka tiga kancing, ia pun menyibak kain itu memperlihat cideranya.

Kelopak mata sana terkatup saat merasakan jari telunjuk dahyun menari di kulitnya.

"Memarnya sudah hilang, hanya tinggal sedikit bengkak," ucap dahyun dari balik punggung sana

Sana menarik kedua sudut bibirnya mendengar keadaan lukanya dalam kemajuan pesat karena menerima perawatan dari dahyun

Sana menolehkan kepalanya ke belakang menatap dahyun

"Berarti aku sudah boleh mengambil pekerjaan kak?" tanya sana dengan cengiran, masih berharap, padahal dia tahu baru saja memancing kemarahan pemuda galak ini.

Dahyun memutar bola mata malas, gemas si culun selalu saja membahas pekerjaan.

"Awww," pekik sana saat jari telunjuk dahyun menekan lukanya.

"Kak dahyun," protes sana

"Masih sakit kan!" ucap dahyun dengan seringai di wajah tampannya.

Sana tertunduk lesu, dia kesakitan berarti jawaban dahyun pasti tidak. Karena pemuda itu ingin dia pulih sepenuhnya.

Dahyun telah selesai mengoles gel di bahu belakang sana. Gadis ini pun kembali memperbaiki pakaiannya.

"Kau harus istirahat, agar cepat sembuh, biar aku tidak perlu mencemaskanmu lagi," sungut dahyun

Sana mengela napas napas berat, dia kan juga tidak mau dalam keadaan seperti ini.

Dret ... Dret ...

Suara getar ponsel terasa dari saku kantong celana sana. Ia pun meraih ponselnya.

Alis sana berkerut saat hanya angka yang tertulis di layar ponselnya.

"Tidak ada namanya," ucap sana menatap dahyun yang masih duduk di sampingnya.

"Ya halo." sana

"Dengan sana."

"Iya saya. Ada apa ya mba?"

"Yang MUA itu kan?"

"Iya Mba."

"Saya ingin mengenakan jasa Anda sebagai MUA. Untuk pernikahan saya bulan depan. Apa Anda bisa?"

"Oh, bulan depan, saya bisa mba," ucap sana dengan senyum terkembang dia dapat pelanggan. Bulan depan lukanya pasti sudah sembuh.

[END] The Presdir Favorite geeky Woman  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang