DEVANO - 01

3.3K 106 30
                                    


1. Sekolah baru

Pagi yang indah, seindah senyum mu.

Hari berganti seakan tidak meminta izin. Menciptakan momen yang berbeda dari hari biasanya. Lihatlah gadis yang sedang duduk dilantai saat ini, yang tidak mempunyai semangat hidup sejak bangun pagi tadi.

"Kenapa harus pesantren? SMA di Jakarta kan banyak."

Sedari tadi, Edrea berbicara sendiri. Mengeluarkan seluruh unek-uneknya yang masih enggan untuk masuk ke pesantren. Tadi malam yang mengangguk kepalanya, bukan hatinya.

Tangan gadis itu sibuk memasukkan baju satu persatu ke dalam tas yang akan ia bawa. Edrea tidak mempersiapkan itu tadi malam, apalah daya Sifat mager sudah tercampur dalam darah dagingnya.

"Edrea, udah belum? Ayo cepat," ucap Rendika, dari ruang tamu.

"Udah, yah! Sebentar, edrea keluar." bergegas memasukan semua bajunya, Edrea berjalan untuk membuka pintu kamar.

"Yah," panggil Edrea yang telah sampai di ruang tamu.

Mendengar suara itu, Rendika berbalik badan. benar saja, putrinya sudah berdiri disana.

Pria itu tersenyum, "kita berangkat." Balas Edrea mengangguk, mengiyakan.

Di tempat yang berbeda, Devano baru saja menginjakkan kaki di sekolah barunya, yaitu SMA Pelita Bangsa. Tak berselang lama, para siswi langsung berlarian ke arahnya, cepat-cepat Devano pergi dari sana. apakah di dunia ini hanya Devano saja yang tampan?

"Woy, pan!"

Devano sangat mengenali pemilik suara itu. Memberhentikan langkahnya lalu berbalik badan, dan benar, ada Gibran yang sedang berlari ke arahnya.

"Wuidihh! Pan! Ini beneran elo!" heboh cowok bernama GIBRAN, sahabat kecil Devano, sekaligus playboy SMA pelita bangsa. Terakhir kali mereka bertemu 4 mata, 10 tahun yang lalu.

Devano berdecak, dari dulu sampai sekarang, Gibran tidak pernah berubah. Selalu memanggilnya dengan panggilan 'depan', panggilan bocil itu selalu Gibran gunakan ketika mereka sedang berkomunikasi secara virtual. Terkadang ia juga berfikir, kenapa dirinya bisa bersahabat dengan mahluk seperti ini.

"Pan! Sombong lu ye sama sahabat sendiri!" sembur Gibran yang langsung di rangkul oleh Devano.

"Udah, jangan bawel Lo," balas Devano setelah mereka berdua berjalan menuju ke kelas XII MIPA-2.

Gibran tertawa, "Lo berubah total pan, nggak kaya dulu."

"Emang, nggak kaya Lo. Mau udah gede, mau masih bocil, sama aja, nggak berubah."

"Ni ya, kalo gue berubah, dunia sedang tidak baik-baik saja," jawab Gibran asal. Lalu Menyungging senyum bangga.

"garing lo."

Dua cowok itu tertawa, bercerita tentang momen lucu di masa kecil mereka. Seperti, Devano di paksa berenang di got oleh Gibran, bermain masak-masakan bersama dia, bermain petak umpet sampai Magrib, dan masih banyak lagi. Masa kecil 2 cowok ini dan dia memang sangat humor, dan pastinya masih teringat jelas di pikiran mereka.

Keduanya masuk ke dalam kelas XII MIPA-2, Gibran yang duduk di bangkunya dan Devano yang duduk di bangku paling belakang di pojokan kanan. Kedatangan mereka tentu tidak luput dari penglihatan seisi kelas, apa lagi ketika melihat ada siswa baru, Devano.

"Aaa... Ganteng banget, gemees!" itu suara ALETTA. Parasnya cantik, alay-nya nauzubillahi minzalik.

Sontak mata Gibran langsung melebar sempurna, "What! baru nyadar Lo ta, gue emang udah ganteng dari lahir anjir!"

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang