DEVANO - 34

758 23 1
                                    

❝ Bahkan jika perasaan penting bagiku ini menghilang. Aku akan merasakan hal ini lagi tentangmu. ❞


.

.

HAI GAISSS Apakabar?!!

Maaf ya udah buat kalian nunggu lama

Tapi kalian masih setia 'kan disini?

Yaudah, gak usah lama-lama deh. Nanti Uma lanjutin sapa-sapa nya dibawah yaaaa!

Sebelum membaca, jangan lupa tekan bintangnya!

Komen juga boleh...

_____

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Upaya Ariel?

"DEVANO! TURUN NGGAK LO! BALIKIN SEPATU GUEEE!!" pekik Edrea menggelegar diseluruh penjuru sekolah, pasalnya gadis itu sedang mengejar Devano yang mengambil sebelah sepatunya, dan kini cowok itu sedang nangkring diatas pohon mangga seperti monyet.

Tidak-tidak, bukan monyet tapi koala. Ralat, bayi koala.

Genap empat bulan sudah kedua insan yang tak pernah akur bagaikan monyet dengan monyet itu menjalin hubungan persahabatan. Ya, namanya persahabatan tentu ada momen-momen perang nya dan tak selalu damai, apalagi yang dibicarakan disini adalah hubungan persahabatan Devano dan Edrea.

Selama empat bulan ini Devano full sibuk karena mengurus kepentingannya sebagai calon ketos, entah dia akan terpilih atau tidak, tetap harapannya ialah semoga tidak terpilih. Toh, dia malas menjadi babu sekolahan yang kerjanya lebih berat dari kuli.

Terpilih atau tidak, pasti dia akan tetap menjadi anggota osis, atau jadi babu-babu juga. Gibran anjing! Kalau kata Devano.

"Mau ini? Sini naik," jawabnya membuat kepala Edrea kembali mengeluarkan asap. Jika bisa di-scan mungkin kepala Edrea sudah tumbuh dua tanduk badak sekarang.

"NGGAK MAU! LO TURUN NGGAK?!" Edrea berkacak pinggang. "Atau gue lempar batu ke kepala lo!" ancam Edrea.

"Uuuu ngeri yaa..." jawab cowok itu semakin menjadi.

Gadis itu menghela napas lelah sekarang, dia melepas sepasang sepatunya yang masih terpasang apik di kaki yang sebelahnya.

Edrea mengangkat sepatu bertali putih polos itu tinggi-tinggi. "Turun nggak? Balikin sepatu gue." Kini aura menyeramkan dari Edrea sudah sepenuhnya keluar dan membuat Devano yang nangkring diatas pohon itu bergidik ngeri menatap Edrea.

Karena tak ingin berakhir dengan wajah yang bonyok akibat kena timpuk sepatu oleh Edrea, Devano langsung melompat dari atas pohon dan lari sekencang-kencangnya meninggalkan Edrea.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang