DEVANO - 04

1.7K 55 6
                                    

''Muka Lo kaya orang susah,
IYA
Susah dilupain"

-Gibran Aldelard

4. Balapan

Bel pulang sekolah berbunyi, setelah memasukan bukunya kedalam tas, Edrea langsung bergegas keluar kelas. Gadis itu menyampirkan tas ransel bewarna merah maron nya di pundak kirinya. Ia berlari dengan langkah cepat melewati koridor sekolah lantai atas, menuruni tangga hingga sampai di koridor lantai bawah.

Suasana koridor cukup ramai karena sebagian murid baru saja keluar dari dalam kelas mereka. Edrea terus berjalan hingga sampai di area parkiran SMA Pelita bangsa. Gadis itu menghampiri motor Scoppy nya berada. Jika kalian berpikir, kenapa bisa Edrea dapat membawa motor itu, bukankah kunci motor itu ikut dibawa pergi Rendika ke bandung? Salah, Karena Edrea adalah gadis cerdik. Sebelum dirinya berangkat ke Pesantren, gadis itu sudah menyimpan kunci cadangan motor Scoppy miliknya di bawah bantal tidurnya.

Menaiki motornya, menancapkan kunci tersebut kemudian memutarnya Edrea langsung melajukan kecepatan motornya itu dengan kecepatan sedang sampai Meninggalkan area parkiran SMA pelita bangsa. Membelah jalanan yang cukup ramai.

Kini, cuaca yang cukup panas membuat tenggorakan Edrea terasa kering. Celingak-celinguk mencari tempat penjual minuman Edrea sesekali berdecak tidak menemukan. Sampai beberapa menit setelahnya, matanya melihat warung pinggir jalan yang terlihat seperti menjual berbagai makanan dan minuman.

Edrea memberhentikan motornya, melihat sejenak warung yang lumayan ramai itu, kemudian turun dari motor Scoppy miliknya. Kaki yang terus melangkah Sampai di depan seseorang -si penjual.

Penjual yang biasa dipanggil -mang mamad itu menoleh menatap edrea yang juga menatapnya. "Ada yang bisa di bantu, neng?"

"Bang, es teh nya satu," ucap Edrea sambil mendudukkan bokongnya di salah satu kursi di dekat sana.

"Siap neng!" seru mang mamad mengacungkan jari jempol. Setelahnya, penjual itu pergi untuk menyiapkan pesanan Edrea.

Edrea terkekeh, sambil menunggu pesanannya datang, gadis itu melihat ke sekeliling. Pemandangan di siang hari itu dapat membuat dirinya merenggutkan dahi heran.

Pasalnya, siang-siang seperti ini masih saja ada anak sekolah yang seumuran dengan nya sedang berpacaran, saling suap menyuap, saling melempar gombalan dan masih banyak lagi. Ingin rasanya Edrea muntah. Entahlah, gadis itu sangat anti yang namanya pacaran, meskipun umurnya sudah beranjak dewasa.

Tidak menunggu waktu lama pesanan Edrea sampai, tidak lama-lama lagi Edrea langsung meminum es teh yang baru saja datang itu.

"Ah, seger," Gumam Edrea yang merasakan minuman dingin itu mengalir membasahi tenggorokannya yang kering.

Sedangkan Devano, kini cowok itu masih berdiri di lapangan outdoor SMA Pelita Bangsa saling Adu tatapan tajam dengan seorang cowok bernama, Ariel.

"Deal?"

"Gue nggak mau, cuman karena adu kegantengan, Lo ngajak gue buat balapan? Buang-buang waktu berharga gue." decak Devano yang menolak ketika Ariel mengajaknya berduel balap liar.

Ariel tersenyum miring, "Takut kalah?"

"Kayaknya si iya bos." Eren tertawa di akhir kalimatnya.

"Woy, gula aren, nyambung ae Lo!" sahut Gibran yang menatap Eren sinis, ia sudah biasa memanggil cowok itu dengan sebutan 'gula aren'.

Eren menjitak kepala Gibran geram. "Lo juga jangan ikut nyambung!"

"Woy! Sakit anjir!"

Devano berdecih, Mata elang itu sangat tajam ketika menatap Ariel. "Oke, tunggu gue di pentras nanti malem," Final Devano dengan kaki yang melangkah pergi.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang