DEVANO - 23

1K 41 50
                                    

"Memiliki mu adalah impianku. Tergantung kamu mau mewujudkannya atau tidak."

- Samudra Devano Alfareyza putra Ardion -

.

.

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. First day of Camp.

Pagi yang terlalu cerah, secerah wajahnya readers yang selalu menanti cerita ini update.

Siswa-siswi SMA Pelita Bangsa sedang bergotong royong membantu satu sama lain untuk merapikan tenda-tenda yang menjadi tempat bermalam mereka semalam. Pagi ini, mereka semua akan lanjut berjalan kedalam hutan untuk menemui tempat perkemahan mereka yang sebenarnya.

Fyi, kemarin, karena hari sudah menjelang malam. Mereka memutuskan untuk membangun tenda di tempat terdekat dahulu, dan akan melanjutkan perjalanan besok pagi. Agar semuanya fresh saat melakukan kegiatan.

"Itu di taruh di sana, bego!" ucap Gibran yang cukup frontal pada Reynal. Lelaki itu geram pada sahabatnya yang satu ini, entah mengapa Reynal sangatlah lamban bekerja pagi ini. Mungkin karena separuh nyawanya belum terkumpul kali, ya?

Mata Reynal melirik tajam kearah Gibran, setelah itu, ia kembali mengalihkan pandangannya pada tenda yang ada di depannya, tenda yang sedang ia rapikan tentunya. Mulutnya terbuka dengan lebar dan terdengar suara lenguhan yang cukup panjang dari dalamnya.

"Ayo-ayo, cepat. Sisa-sisa barangnya, kecuali tenda, nanti di taruh di sebelah sana saja ya," hardik Susanto sambil menunjuk ke sebuah saung tua yang terletak tak jauh dari lokasi mereka.

Semua murid meresponnya dengan semangat, mereka semakin mempercepat kegiatannya, karena sudah tak sabaran ingin berjalan-jalan memasuki hutan.

Edrea mengusap butiran keringat yang membasahi dahinya, terbangun dari posisi jongkoknya sambil membawa beberapa terpal yang sudah ia rapikan tadi. Saat hendak melangkah, gadis ini tiba-tiba saja di hadang oleh kehadiran seorang lelaki tampan di hadapannya.

Matanya menatap malas lelaki itu, ia hendak melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan kehadiran Devano. Tangan kekar milik Devano tergerak mencekal lengan Edrea, lantas ia segera mensejajarkan posisinya dengan Edrea. Tangan yang tadinya mencekal lengan Edrea pun beralih mengambil terpal terpal yang Edrea bawa.

"Gue aja, lo siap-siap aja sana." Kaki jenjang Devano kembali melangkah meninggalkan Edrea yang masih terdiam di tempat. Mata gadis ini seakan terpaku melihat punggung tegap milik Devano, ia tidak berkedip sedikitpun menatapnya.

Pukk

Sampai suatu ketika, pundak Edrea ditepuk oleh seseorang yang ada dibelakangnya. Pandangan Edrea yang sedang memandangi kepergian Devano pun buyar, ia menolehkan kepalanya kebelakang untuk melihat siapa yang telah mengganggunya.

Gadis ini berdecak saat melihat kehadiran sahabatnya, Cindy.

"Ngapain lo? Bengong? Mending bantu gue, ayo," ajak Cindy yang melenggang sambil merangkul lengan Edrea.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang