DEVANO - 13

1.1K 36 24
                                    

"Memilih pergi demi menyembuhkan luka atau bertahan demi menuntaskan rasa."

- Yang sedang galau -

.

.

13. Luka lama.

"Devano..," ucap seorang wanita paruh baya yang sekarang masih berdiri di ambang pintu.

Devano menatap malas wanita itu, ia meninggalkannya lalu kembali duduk di sofa dan fokus menatap ke layar televisinya.

Wanita itu melangkah masuk ke rumah Devano usai melepas kedua alas kakinya, ia menatap sendu putranya yang sekarang sudah tidak peduli dengan dirinya.

Tunggu, putra?

Ya. Wanita itu adalah Elsa, ibu dari seorang Devano, wanita kedua yang pernah membuat laki-laki itu kecewa dua tahun yang lalu.

Elsa mulai mengeluarkan buliran air dari matanya. Ia menangis, menangis bahagia lebih tepatnya, karena bisa melihat wajah putranya lagi setelah dua tahun tidak bertemu.

"Devano, mama minta kamu kembali ke Malaysia ya nak," pinta Elsa, dengan sorot mata yang memohon.

Pandangan Devano masih tidak berubah, ia masih setia menatap layar televisi. "Ngapain? Devano udah nggak punya tempat di sana," jawabnya.

"Ayah juga 'kan udah ngusir Devano, jadi? Buat apa Devano balik ke sana lagi?" lanjutnya.

Elsa menghela napasnya, ia merasa bersalah atas perbuatannya dua tahun yang lalu, ia telah menciptakan masa lalu yang buruk di dalam hidup putranya.

"Itu dulu, nak, sekarang Ayah udah nggak kayak dulu lagi. Ayahmu sudah berubah, dia nyesal,"

"Mama kesini juga karena Ayah kamu yang nyuruh untuk jemput kamu disini," lanjutnya.

Elsa mendekati Devano, ia berdiri di samping laki-laki itu sekarang. Lalu perlahan tangannya bergerak menyentuh surai rambut anak laki-laki nya itu, dan mengusapnya dengan lembut.

Devano menyungging senyuman miring di bibirnya. "Kalau Ayah yang minta Devano pulang, kenapa bukan Ayah yang jemput ke sini?" tanyanya.

"Ayah kamu lagi sibuk sama pekerjaannya, nak," jawab Elsa.

Devano berdecak, "pekerjaan lebih penting dari anaknya."

"Nggak gitu--"

"Devano nggak mau, Devano lebih nyaman disini," ucap Devano menyela kalimat Ibunya.

Elsa kembali menghela napasnya, ia harus terpaksa mengangguki perkataan putranya itu. Ia paham dengan perasaan Devano saat ini, pasti dirinya masih belum bisa melupakan perlakuan ayah dan ibunya dulu.

"Ya udah. Mama paham, Mama ngerti sama perasaan kamu, kalau kamu masih belum mau kembali ke sana, ya udah nggak apa-apa," ucap Elsa

"Mama yang akan tinggal sama kamu disini, boleh?" lanjutnya bertanya.

Devano berdeham, lalu pergi meninggalkan Elsa menuju kamarnya yang terletak di lantai dua rumahnya.

Beralih kepada Edrea, gadis itu sedang kekenyangan saat ini, sampai-sampai ia tidak mampu untuk bangkit dari duduknya karena perutnya yang sudah penuh terisi banyak makanan.

Edrea mengelus-elus perutnya yang penuh. "Kenyang," ucapnya seraya mengeluarkan sendawa kecil dari mulutnya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Edrea dapat bangkit dari duduknya lalu membereskan peralatan makan yang ia pakai tadi. Ia berjalan menuju dapur, tak sengaja matanya tertuju pada meja makan yang ada di sana.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang