DEVANO - 55

419 17 6
                                        

halooo balik lagi sama Uma

maafin ya, Uma ini memang jarang up

lagi sibuk sama uprak soalnya mwehe

jadi harap maklumi ya

oh iya, readers gimana kabarnya?

baik kan? harus baik pokoknya

nungguin part ini banget ya?

maaf ya slow up

jangan kapok baca disini karena authornya slow up ya hhehehe

ya udah, gak pake lama

.

.

.

.

- - - -

- h a p p y   r e a d i n g 🪐-

.

.

.

.

.

55. Funfair

+

+

+

"Sekarang ibu mau dengar, apa alasan kamu melakukan ini pada Edrea?" Bu Endang menatap Ariel yang duduk didepannya dengan kepala tertunduk dalam kebawah seakan tak berani menatap wanita itu.

Bu Endang berdecak. Sudah lima kali ia menanyakan itu pada lelaki dihadapannya, namun tak kunjung ada jawaban.

"Orang Tua kamu kemana? Ibu panggil kok sibuk nomornya," keluh Endang yang juga sudah pusing menghubungi orang tua Ariel berkali-kali tetapi tak mendapat jawaban sepatah katapun.

"Saya gak tau."

Endang menghela napas panjang. Sekarang matanya beralih pada Gibran yang duduk disampjng Ariel.

"Kamu juga, maksud kamu apa nyiarin semua itu lewat toa sekolah? Kamu sengaja mau buat keributan, iya?!"

Gibran mengangguk tanpa ragu.

Makin berat saja tugas Endang sekarang.

"Apa gak ada cara lain Gibran, untuk ngasih tau ini ke ibu? Kenapa harus menyiarkannya di toa sekolahan?!" Naik sudah emosi Endang, walau belum sampai ke puncaknya. Tetapi nada itu sudah seram saja didengarnya.

"Cara lain cara apa? Emangnya ibu bakal percaya? Lagian, kalau gak pake cara ini juga mau sampai lebaran monyet gak kelar-kelar kasusnya, Bu. Gibran tau, kalau ibu tau masalah ini pun, ibu bakal tutup-tutupin sampai sekolah ini bangkrut."

Endang menggeram. Tangannya sedikit memukul meja saat mendengar penuturan Gibran yang sembrono.

"Kamu ini kalau bicara---"

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang