DEVANO - 07

1.1K 42 14
                                    

"Tidak menerima buaya, ini hati bukan kebun binatang!"

- Cindy Claudia -

7. Kecewa (?)

Suasana kelas XII MIPA-2 sangat menegangkan saat ini. Pasalnya, Ibu kebersihan di kelas itu sedang dilanda emosi yang sangat tinggi. Dirinya menjadi emosi karena perbuatan sang sahabatnya, Dela.

Jadi, saat Dela dan Cindy tengah mengobrol didepan kelas tadi, Edrea tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

Dela dan Cindy sedang mengobrol pasal Rendika, Ayah Edrea, yang katanya hari ini ia akan datang ke Jakarta untuk menemui putrinya itu.

Rendika datang kembali ke Jakarta, bukan karena rindu dengan Edrea, melainkan untuk kembali membawa Edrea ke pesantren.

Bagaimana Rendika bisa tahu kalau Edrea melarikan diri dari pesantren? Dela lah yang memberi tahu Rendika pasal itu.

"Jawab!" cecar Edrea dengan suara yang masih sama, agak meninggi.

"Rea.." tegur Cindy.

Edrea menatap Cindy, ia merotasi kan kedua bola matanya lalu kembali menatap Dela.

"Del, lo ngomong apa sama Ayah gue?" tanyanya, dengan nada bicara sedikit lebih rendah.

"A-aku bilang kalau kamu kabur dari pesantren, aku takut, kalau aku bohong nanti dosa," jawab Dela.

Edrea berdecak, ingin rasanya ia berteriak sekeras mungkin kepada Dela. Ia menatap Dela dengan tatapan yang tajam.

"Lo kalau polos, jangan polos-polos banget bisa nggak si?!"

Tubuh Dela bergetar hebat sekarang, perlahan-lahan bulir-bulir bening turun membasahi pipinya. Ia menangis sejadi-jadinya sekarang.

"Rea! Lo jangan salah-in Dela dong... Lo juga 'kan yang salah, nggak mungkin 'kan Dela bohong sama Om Rendika," ucap Cindy sambil menenangkan Dela yang sedang menangis sekarang.

Edrea berpikir, benar juga apa yang dikatakan Cindy. Dirinya juga salah dalam hal ini, andaikan ia tidak bercerita kepada Dela dan Cindy mengenai masalah ia melarikan diri saat di pesantren waktu itu, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi.

Edrea kembali berdecak, lalu mengulurkan tangannya kepada Dela. "Mana handphone lo? Sini."

Dela masih tetap terdiam dalam posisi yang sama, sekujur badannya masih bergetar. Ia masih belum berani berbicara ataupun menatap Edrea saat ini.

Cindy mengusap pelan bahu gadis itu, lalu mendekati telinga gadis itu. "Dimana hp lo?" bisik nya dengan nada halus.

Dela melirik kearah tasnya, lalu perlahan tangannya melayang menunjuk kearah tasnya berada.

Cindy mengangguk paham, ia menatap Edrea sejenak lalu pergi menuju kursi Dela.

Di lain sisi, ada seorang laki-laki yang sedang mengintip pembicaraan ketiga gadis itu dari luar jendela kelas. Ia tidak paham, apa yang dilakukan mereka bertiga sekarang.

"Dia ngapain tuh? Ngebully orang?" ucap laki-laki itu sambil mengamati apa yang dilakukan Edrea kepada Dela sekarang.

"Ah, ngga mungkin. Ya kali dia ngebully bestienya sendiri," lanjutnya.

"WOI Pan!" seru Gibran sambil menoyor pelan kepala Devano.

"Berisik anjir!" Devano menoleh dan menatap tajam Gibran.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang