DEVANO - 17

1K 33 30
                                    

"Nungguin lo peka itu bagaikan nungguin terurainya sampah plastik di dalam tanah."

- Reynaldo Chandra -

.

.

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Kesal

Air mata Mega mulai turun dengan deras, benar-benar, tangannya seperti ingin patah saat ini.

"Edrea! Lepas!" pinta gadis itu dengan angkuh, sudah dibuat seperti ini masih saja berlagak sombong.

Berkali-kali Mega memberontak untuk melepaskan genggaman tangan Edrea yang sedang menggenggam tangannya, lebih tepatnya sedang memelintir tangannya.

Edrea melihat benar-benar wajah Mega yang sudah nampak memerah, ia menciptakan senyuman miring di bibirnya. "Lo nangis?" menjeda kalimatnya lalu berdecih, "lemah banget sih, lo kira? Dengan lo berakting nangis kayak gini, gue bakal kasihan sama lo? Nggak!" Edrea semakin mengeraskan pelintiran yang ia lakukan pada tangan Mega.

Mega semakin meringis kesakitan dibuatnya. Edrea yang melihat Mega sudah lumayan tersiksa pun segera melepaskan tangannya dari genggamannya, dan tak lupa mendorong tubuh gadis itu jauh-jauh.

Kedua sahabat Mega dengan sigap menangkap tubuh Mega yang sedikit terpental, mereka berdua mulai menanyakan keadaan tangan gadis itu.

Edrea melirik kearah jilbabnya yang sudah rusak dan kotor. Dirinya mulai berjalan keluar dari kerumunan.

Cindy memasang wajah seperti sedang meledek gadis yang sedang kesakitan memegangi tangannya, hal itu di respon oleh Ansel yang menatapnya tajam.

Dua gadis yang notabenenya adalah sahabat Edrea itu, ikut pergi keluar dari kerumunan dan menyusul Edrea.

Gibran melihat raut wajah Devano yang sedikit terlihat berantakan, laki-laki ini tahu kalau sahabatnya itu sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Gibran menepuk pundak Devano, lalu berkata, "tenang, bukan salah lo."

"Tapi, salah muka lo yang terlalu ganteng," lanjut Gibran, yang langsung di hadiahi jitakan dari Reynal.

Devano tidak memperdulikan itu, ia bergegas pergi meninggalkan kedua laki-laki itu.

"Untung gue jelek," ujar Gibran yang merasa bangga karena dirinya tidak setampan Devano.

"Ngaku, lo jelek."

"Bubar, bubar!" Seseorang berjalan ketengah lapangan lalu berteriak untuk membubarkan kerumunan.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang