DEVANO - 25

913 31 69
                                    

"Bahkan, garis cakrawala yang sejatinya menjadi titik pertemuan kita pun tak bisa membuatmu jadi milikku."

- Kenzie Akarsana -


.

.

25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25. Mandi?

Pagi ini, suasana di perkemahan benar-benar ribut sekali! Seluruh siswa dari pagi-pagi buta hingga saat ini, masih kuat berdiri di depan toilet umum. Toilet yang dibuat Susanto untuk tempat mandi anak-anak muridnya. Mereka sedang mengantri giliran mandi saat ini, namun, suasana mengantri ini sangatlah ribut! Seperti sedang ribut dengan tetangga sebelah.

Susanto menghela nafasnya lelah, tangannya menepuk pelan kepalanya yang terasa pening. Bagaimana tidak pening coba? Uma tidak tahu.

Kedua lelaki tampan yang notabenenya sebagai panitia dalam perkemahan ini hanya terdiam ditempat. Mereka berdua hanya pasrah melihat keributan ini. Menurut kalian, apa gunanya mereka dijadikan panitia perkemahan ini? Kalau menurut Uma, mereka tidak ada gunanya bestie.

Reynal, lelaki berparas pas-pasan yang baru sekali bangun dari tidurnya, langsung keluar dari tenda dengan setelan baju tidur khususnya dan tak lupa dengan handuk yang ia kalung kan dilehernya. Reynal terduduk di samping kedua lelaki tampan yang sedang melamun layaknya kuda yang terkena stroke.

Tak ada angin, tak ada hujan, ya karena ada Rara si pawang hujan. Tangan Reynal tiba-tiba saja menempeleng kepala Gibran dengan keras. Membuat lelaki yang ditempeleng kepalanya itu terhuyung kesamping. Untung saja ada Devano di samping Gibran, jadilah Devano sebagai tumpuan Gibran untuk menahan tubuhnya yang terhuyung agar tidak sampai jatuh menyentuh tanah.

Devano yang terganggu akan tubuh Gibran pun, langsung mendorong kembali tubuh lelaki tampan yang ber notabene sebagai 'playboy' itu. Double kill! Mengapa dirinya menjadi di dorong-dorong seperti ini?!

"Bego, gak waras lo berdua!" Maki Gibran kesal.

Reynal terkekeh mendengarnya, lagian, suruh siapa ia melamun seperti itu? Kesambet dawuh baru tau rasa! Joget terus nanti. Sedangkan Devano, ia tak ada respon sama sekali saat Gibran memakinya. Ia masih sibuk melamun sambil memperhatikan teman-temannya yang sibuk berlalu lalang didepannya tanpa permisi.

"Lagian, bengong bae! Mandi!" celetuk Reynal. Ya, seperti biasa, Reynal ini memang tidak pernah berkaca. Dirinya menyuruh orang lain untuk mandi, tetapi ia juga sama-sama belum mandi.

Sorot mata Gibran menatap kesal kearah Reynal. Tangan kekarnya bergerak menyentuh wajah lelaki itu. Dengan cepat, Gibran menolehkan kepala Reynal mengarah ke kerumunan murid-murid yang sedang mengantri didepan toilet.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang