DEVANO - 39

665 26 3
                                    

❝ Hujan tidak tau ia membasahi siapa. Tetapi air mata tau ia jatuh untuk siapa.❞


.

.

HALOO UMA KEMBALI DENGAN SEJUTA KERINDUAN

HAHAHA GARING

JANGAN LUPA VOTE!

⚠️ DON'T BE SILENT READER⚠

okay...

okay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. Akhir dari kisah Samudra Devano Alfareyza?

Tak ada semenit dua menit tiga menit kali lima sama dengan lima belas kembaliannya ambil aja ya mas. Oke jangan baca narasi satu ini.

Tak butuh waktu lama bagi Elsa untuk sampai ke rumah sakit tempat putranya dirawat. Wanita paruh baya itu berlari di sepanjang koridor rumah sakit dengan pipi yang basah dan air mata yang terus menetes. Sesekali bibirnya menyebut nama putranya itu dengan nada lirih.

Kini langkahnya terhenti, menatap sendu pintu ruang UGD. Dihampirinya tiga remaja lelaki yang ia kenal disana. Dengan sigap mereka berdiri menyambut Elsa.

"Gibran, udah ada kabar tentang Devano?" tanya Elsa dengan suara yang bergetar.

Gibran menghela napas. "Devano---" baru ingin menjawab, ucapannya langsung terhenti karena pintu UGD tiba-tiba saja terbuka dan menampilkan pria berjas putih dengan stetoskop yang bertengger di lehernya didampingi seorang wanita berpakaian serba putih dengan nurse hat yang setia menempel dikepalanya. Otomatis perhatian mereka teralihkan pada dua insan itu.

Disaat bersamaan Elsa datang lalu keluarlah seorang dokter. Itu membuat Elsa agak lega. Saking penasarannya akan keadaan anaknya saat ini, wanita itu langsung melontarkan pertanyaan.

"Gimana, dok? Anak saya gimana keadaannya? Dia baik-baik aja 'kan, dok? Gak parah 'kan?" tanpa berpikir Elsa melontarkan bertubi-tubi pertanyaan.

Tentu pertanyaan itu menghujani pikiran sang dokter. Raut wajahnya terlihat lain dari yang lain, mungkin terlihat sedikit pasrah dan tak tahu harus apa.

Pria yang berperan sebagai dokter itu menundukkan kepalanya, melepas kacamatanya lalu menghela napas pasrah.

"Dok? Temen saya gak kenapa-napa 'kan?" kata Gibran menuntut kenyataan.

Tak ada jawaban dari sang dokter membuat Gibran tambah geram hingga ia mengeluarkan nada tingginya.

"Dok, jawab!"

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang