DEVANO - 30

750 29 1
                                    

❝ Cinta bukanlah dosa, tetapi kebanyakan orang melakukan dosa mengatasnamakan cinta ❞

- Aletta Chelsea -


.

.

HALO HAI! Apakabar?

Maaf ya Uma jarang update

Karena Uma kemarin lumayan sibuk dan sempat drop beberapa kali, jadi nggak sempat ngetik cerita ini.

Tapi masih ada readers kan?

OKE, LANGSUNG AJA YA

OH IYA, SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA DI KENCENGIN!

SPAM PAUSNYA JUGA!

HAPPY READING..

____

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. Panik attack

"Lo gimana sih Ken? Kenapa dia bisa ketinggalan gini!?" Ujar Devano dengan emosi yang menggebu. Terlihat jelas tatapan rasa kecewa bercampur kekhawatiran yang terpampang di nanar birunya. Benar dugaannya, gadis itu akan lepas, mereka yang satu bus dengan Edrea sudah pasti tak akan bisa menjaga sebuah beban besar seperti Edrea.

"Gue nggak tau, Van. Gue nggak nyadar kalau Edrea nggak ada di bus," jelas Kenzie.

Menghela napas lelah, Devano mulai mengacak rambutnya frustasi. Rasa lelah yang baru saja ia lepaskan kini kembali ia pikul.

Gadis polos yang notabenenya sebagai sahabat baik dari Edrea itu ikut membuka suara setelah sekian lama bungkam karena menangis sesegukan memikirkan sahabatnya yang tertinggal di hutan. "A-aku lihat, sebelum bus MIPA 2 jalan, Edrea pergi keluar bus sama Va-vafa. Anak kelas MIPA 1." Kepala Dela tetap menunduk, bahu gadis itu bergetar, ia benar-benar tak berani menatap wajah Devano yang memerah karena tersulut emosi.

Cindy. Gadis yang tidak terlalu tahu seluk-beluknya masalah ini hanya terdiam sembari sesekali menenangkan Dela yang masih menangis. Walau Devano tak mengomeli dan menyalahkannya pun gadis itu tetap menangis, ia sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Edrea.

Ditengah-tengah momen menegangkan ini, datanglah Susanto. Pria pembimbing perkemahan ini datang menghampiri mereka yang sedang berkumpul membahas hilangnya Edrea.

"Ada apa ini?"

"Edrea ketinggalan, Pak." Tak ingin berlama-lama, cowok dingin pecinta hewan air yang mempunyai ukuran paling besar di dunia itu melenggang meninggalkan Susanto beserta teman-temannya menuju mobil sport miliknya yang terparkir rapi di parkiran sekolah sejak dua hari yang lalu.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang