DEVANO [ On going ]

DEVANO - 43

❝ Aku percaya dengan dengan cara yang entah bagaimana, Tuhan akan selalu memberikan yang lebih dari sekedar baik. ❞

•
.
•
.
.
.

Hai bro! Gimana kabarnya?

Uma datang membawa part baruuu!

Absen siapa yang udah nungguin?☝️

Kenapa nungguin ini up?

Yuk yuk sebelum baca kasih bintangnya duluu

Komentar banyakin biar ga sepi hehe

Bacanya yang teliti ya, jangan terlewat satu kata apalagi satu paragraf

Mau spam apa nih?

❤ Ini aja

Syapp

~ Happy Reading ~

42. Ada yang baru

Hari keempat..

Devano belum bangun juga. Itu bisa dibuktikan dengan kehadiran Edrea saat ini yang masih melihat Devano terbaring masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya dengan mata yang terpejam rapat tanpa ada minat sama sekali untuk terbuka.

Pagi-pagi sekali seusai menunaikan shalat subuh gadis itu mendapat kabar dari Gibran yang semalaman berjaga dirumah sakit bahwa jantung Devano tadi sempat berhenti berdetak.

Sontak kabar itu membuat hati Edrea hancur lebur, seketika ia merasa dunianya hilang bagai tertiup angin, kabar dari Gibran saat itu sangat tidak ingin ia dengarkan.

"Lo kenapa? Lo sama sekali bukan Devano yang gue kenal," monolog Edrea. Tangan lentiknya terus mengusap kepala Devano yang kini tak lagi dihiasi rambut tebalnya tanpa henti. Sesekali ia menghapus air matanya dan menarik ingusnya yang terus-terusan keluar akibat menangis.

"Devano yang gue kenal itu seorang cowok yang kuat, nggak lemah dan gampang nyerah kaya tadi. Gue yakin lo bisa bangkit dari koma, Devano."

"Gue tau itu emang nggak mudah, tapi gue yakin lo bisa lewatin masa koma lo."

"Lo tau? Gue kangen banget sama lo, gue kangen candaan lo, gue kangen mata sipit lo itu yang selalu ngilang pas lo lagi ketawa." Edrea terkekeh. Ia pikir itu lucu, tapi kenapa Devano tak kunjung bangun dan tertawa bersamanya.