DEVANO - 02

2.7K 75 4
                                        

2. Pertemuan

Malam telah tiba, perasaan jengkel selalu menyelimuti hati Edrea pada hari itu. Wajah tertekuk kesal tidak pernah berubah sedikitpun dari sore tadi. Entahlah, Edrea tetap tidak menyukai pesantren. Pesantren bukanlah tempat yang cocok untuknya.

Dan kini, Edrea berbaring di lantai seorang diri. Setelah berjam-jam berjalan kesana-kemari Sepajang koridor Asrama putri Pesantren Nurul Darussalam, untuk berkenalan dengan semua santriwati.

Mata nya yang lentik setia menatap langit-langit kamar lantai 2 dengan pikiran 'Ingin pulang sekarang juga', walaupun itu tidak akan pernah terjadi. Alasan Edrea tidak menyukai pesantren yaitu, karena ketidak adanya kebebasan seperti jalan-jalan, memakai handphone, bermalas-malasan, dan masih banyak lagi. Baginya, pesantren adalah penjara para remaja.

"Gue mau pulang," rengek Edrea seorang diri. Setelah selesai makan malam, asrama mulai sepi. Dikarenakan, para santriwati sedang berkumpul di aula pesantren yang kebetulan sedang mengadakan acara muhadaroh.

Mengapa Edrea tidak ikut santriwati lainnya? Jawabannya adalah Edrea sangat lelah seharian ini. Lebih tepatnya, malas.

"Gimana sih, caranya gue bisa pergi dari sini?!" geram Edrea berguling-guling tidak jelas di lantai kamar.

Mengubah posisi menjadi duduk, Edrea mencoba mencari cara untuk keluar dari tempat yang tidak di sukainya, pesantren.

Terhitung, sudah 5 menit Edrea berpikir keras dengan menggunakan otaknya yang kurang pintar itu. Namun, itu hanya sia-sia, tidak ada ide yang muncul di kepalanya.

"Assalamualaikum, Edrea?" panggil seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan nada lembut.

Merasa di panggil, Edrea Menoleh dan menjawab, "Waalaikum salam, ada apa?"

"Ustazah menyuruh Edrea untuk pergi ke aula." itu suara Zila, salah satu santriwati pesantren Nurul Darussalam. Jauh lebih tua dengan Edrea.

Edrea berdecak malas. "Nggak mau, Males gue."

"Tapi-"

"Gue bilang nggak mau ya nggak mau!" potong Edrea yang membuat Zila tertegun sejenak.

Zila tersenyum tipis. "Affwan, Edrea. Ana tidak bermaksud membuat Edrea marah. Tapi, ini adalah perintah ustazah."

(Maaf)
(Aku/saya)

Helaan nafas kasar dapat di dengar Zila, Edrea kembali berdecak dan menjawab, "Iya-iya, yaudah, gue kesana."

"Lo duluan aja," lanjut Edrea yang di angguki oleh Zila.

Setelah mendengar kaki seseorang yang melangkah pergi, Edrea bangun dari duduknya dengan malas. Gadis itu kemudian keluar kamar, dengan kaki yang menapak satu persatu anak tangga.

••••

Di basecamp REVORGES

REVORGES, adalah sebuah nama geng yang paling terkenal di Jakarta, yang diketuai oleh Samudra Devano Alfareyza putra Ardion. Seorang lelaki yang terkenal dengan wajah tampannya, lelaki campuran darah daging Malaysia dan Indonesia.

Di geng REVORGES, jabatan hanya sekedar sebutan, jika mereka sedang berkumpul, semua dijadikan sama rata. Tidak ada Raja, tidak ada ratu, semua sama. Duduk sama rata, berdiri bukan raja.

Anggota geng REVORGES tidak semua berasal dari keluarga yang berada. Banyak juga yang berasal dari kelas bawah, bukan Karena mereka geng motor yang terkenal anggotanya harus mempunyai derajat yang tinggi.

DEVANO [ On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang