Odeiva bukanlah seseorang yang tega melihat sahabat sendiri tengah kesusahan. Adel meminta tolong dijemput di kampus, sahabatnya itu kehilangan dompet yang tak sengaja tertinggal di etalase tempat fotokopi dan print.
Adel sudah memiliki bukti dari CCTV, baru saja kembali setelah melaporkan ke kantor polisi. Sebagai teman yang baik, sepulang dari kantor, Odeiva singgah untuk menjemput sahabatnya itu yang katanya sedang menghilangkan stress di kantin kampus.
Dua tahun lamanya tidak menginjakkan kaki di kampus tersebut. Di sore hari masih banyak mahasiswa yang tengah berkumpul di taman, mengisi pendopo dengan gelak tawa. Seketika Odeiva merindukan kehidupannya tersebut, tetapi saat mengingat tugas dan nominal yang dikeluarkan untuk bisa menenteng gelar sarjana, seketika Odeiva menepis pikiran ingin kembali ke masa-masa itu.
Sepatu pump heels, rok pensil menyentuh atas lutut, dan blezer abu-abu yang senada dengan rok. Odeiva berharap penampilannya tak terlihat tua di antara para mahasiswa. Ia merapikan tas berjenis shopper yang tersampir di bahunya, kala menyadari beberapa pasang mata memperhatikannya.
Satu pemandangan membuatnya menelan ludah susah payah, Odeiva berdiri kaku saat melihat Farel tengah tertawa di antara para mahasiswa. Ya, kakak seniornya itu memang suka sekali menyempatkan diri bergaul dengan junior, kendati sudah lulus beberapa tahun lalu. Bahkan, Farel pun masih menjadi penasihat organisasi.
Kejadian minggu lalu di kafe depan kampus teringat kembali, Odeiva tak bisa melintas dengan sangat santai di saat apa yang ada dalam hatinya telah diketahui. Demi menutupi keberadaannya, Odeiva melepaskan jepit rambut, membiarkan rambut hitam legamnya tergerai, kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tas.
Odeiva berpura-pura sibuk dengan ponsel, melintas dengan gesture santai, tetapi sebenarnya tegang jika sampai Farel menyadari keberadaannya. Tepat di depan kumpulan mahasiswa, mata Odeiva dengan cepat melihat kaki yang menjulur di depan langkahnya, alhasil ia melompat, sebab tidak seimbang dan juga terkejut, ponsel Odeiva melayang dengan gaya terelegan sedunia, mendarat di atas bumi.
"Lo menghindar, sih," ujar suara berat yang kini berjalan menuju ponsel Odeiva berada.
"Riko!" Menjerit kesal.
"Kalau nggak digituin, lo bakalan pura-pura nggak lihat Farel," ujar lelaki itu, santai, "dan ngehindari gue."
Odeiva berusaha menghindar, dan ternyata manusia tak berperasaan malah dengan sengaja membuatnya kesal. Sangat merasa malu saat menyadari Farel tengah memperhatikannya, Odeiva ingin sekali mengubur Riko hidup-hidup.
"Ini," Riko mengembalikan ponselnya, "eittss!" Menarik kembali saat Odeiva mencoba mengambil.
"Gue lagi nggak mau bercanda," ketusnya.
"Gue lagi nggak bawa motor, tolong anterin." Riko malah sengaja membuatnya berlama-lama di tempat ini.
Odeiva menarik napas perlahan, mengembuskan dengan sangat kasar. "Balikin HP gue," tegasnya.
"Anterin gue dulu."
"Sumpah, lo laki-laki nggak modal." Odeiva mengucapkan dengan sangat lantang.
Suara tawa terdengar dari beberapa mahasiswa, wajah Riko yang tadinya terdapat senyum usil, kini berganti kesal. Odeiva berhasil melukai sanubari, dan itu sangat memuaskan. Ia bukan lagi perempuan yang mengendarai motor ke mana-mana, bukan juga perempuan yang dengan mudah diajak nongkrong karena nganggur di hari biasa, Odeiva kini berbeda.
"Sombong banget lo," sinis Riko.
"Balikin," Odeiva mengulangi ucapannya, kali ini sembari mengulurkan tangan, "gue nggak punya waktu ladenin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kubuat Konten, Suami Kaya Kudapat (END)
RomanceOdeiva Swanelly memiliki tujuan hidup baru setelah mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Ia ingin terkenal di aplikasi tiktok, semakin hari, rasa ingin dikenal semakin tinggi. Di suatu hari saat pergi berdua bersama sahabatnya, Odeiva tak bisa men...