OD 36 : Cintanya bukan Mainan

17.7K 1.6K 36
                                    

Sendiri bukan sesuatu yang baru bagi Odeiva, saat Langit pamit ke Bandung, harusnya ia kembali ke rumah orang tua sebab di sana ada mamanya yang bisa diajak mengobrol. Namun, Odeiva malah memilih ke apartemen, sebuah tempat yang sudah dibiarkan kosong selama empat hari.

Apa yang dilakukannya hanyalah melamun, sembari menunggu pekerja part time selesai membersihkan setiap sudut apartemen tersebut. Odeiva merasa gabut, setelah melepaskan pekerjaan, dirinya seakan tak memiliki gairah hidup. Menghabiskan uang bukanlah hobinya, saat dalam keadaan masih memiliki apa yang dibutuhkan.

"Liburan kali, ya?"

Odeiva berdecak kala mengingat bahwa ia tak memiliki teman untuk diajak membuang waktu dengan liburan tak berguna. Suntuk, bosan, dan tak punya hiburan. Ketika Odeiva hendak menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, ponselnya yang berada di atas meja berbunyi.

Lantas tubuhnya merespons cepat, meraih ponsel tersebut dan membuka notifikasi. Bibirnya mengerucut kala membaca nama yang tertera tengah mengirimkan pesan padanya. Tentu, ekspresi tersebut menjelaskan bahwa Odeiva tidak mengharapkan pesan itu datang di saat dirinya tengah mati kebosanan.

Odeiva mengharapkan Kalila mengajaknya jalan-jalan, tetapi sepertinya tidak akan terkabul mengingat temannya itu sedang bekerja. Ya, hanya pengangguran seperti Odeiva yang mengharapkan liburan di hari kerja begini.

Ia membaca pesan yang dikirimkan Riko, sebuah senyum miring terbit begitu saja. Setelah membaca pesan dari Riko, Odeiva lagi-lagi menerima pesan yang membuatnya semakin tersenyum. Adel mengatakan untuk menemui di rumahnya, sebab Odeiva ditunjuk sebagai bridesmaid untuk pernikahan mantan sahabatnya itu. Pesan yang dikirimkan Riko juga tak jauh berbeda dengan isi pesan Adel, membuat ia yakin bahwa Riko pun akan berpartisipasi dalam acara tersebut.

"Sore jam empat di rumah Adel," Odeiva mematikan layar ponselnya, "gue nolak jadi bridesmaid, tapi enggak dengan ajakan. Kayaknya rumah Adel bakal rame, deh."

**

"Wuuh rame juga," Odeiva melirik ke arah rumah Adel, di mana banyak motor dan mobil terparkir di halaman dan depan rumah, "kek lagi hajatan."

Ia terkikik geli sembari memarkirkan mobil di depan rumahnya. Odeiva keluar dari mobil, langsung menatap ke arah rumah Adel, ada beberapa lelaki dan perempuan berada di teras, mereka pun ikut menatapnya. Tentu Odeiva mengenal wajah-wajah tersebut, sebagian adalah teman nongkrong Farel dan Riko, sebagian lagi sepupu Adel.

Kakinya melangkah menuju rumah tersebut, dengan senyum merekah sempurna. Untuk hari ini, Odeiva belum menyiapkan apapun sebagai bentuk pembalasan. Dirinya hanya menyiapkan diri untuk bertemu dengan teman-teman Riko dan Farel, tentu kekacauan di waktu itu pasti akan muncul kembali, itu sebabnya Odeiva tak melepaskan cincin pernikahan di jari manisnya, biarkan itu menjadi tamengnya.

Odeiva ingin terlihat bahwa hidupnya baik-baik saja setelah merelakan perasaannya pada Farel, membiarkan pernikahan Adel berjalan semestinya, tidak ada perlawanan. Sebab Odeiva memang ingin terlihat baik-baik saja, tetapi punya kebusukan di dalamnya.

Sama halnya dengan apa yang dilakukan Adel padanya. Odeiva hanya sedang menggunakan cara tersebut untuk membalas.

"Ngapain datang kalau nggak mau jadi bridesmaid?"

Suara itu berasal dari arah punggungnya. Odeiva menolah, mendapati Riko tersenyum tipis kemudian berjalan melewatinya. Sebelum menyusul, Odeiva memutar bola mata, malas bertemu dengan orang yang merasa paling tahu tentang dirinya.

Riko berbalik tiba-tiba. "Lo cantik hari ini," pujinya, memberi tatapan mengagumi.

Dipuji seperti itu bukannya membuat Odeiva tersipu malu, malah dirinya mendelik jijik. Kisah mereka telah berlalu bertahun-tahun lamanya, Odeiva sendiri sudah lupa bagaimana rasanya menjadi pasangan Riko, sebab sejak dulu ia sama sekali tak pernah menikmati masa-masa tersebut.

Kubuat Konten, Suami Kaya Kudapat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang