"Siapa namanya tadi?" Odeiva tak bisa menyembunyikan nada judesnya.
"Kayla," jawab Kalila yang tengah menyiapkan sarapan.
"Anak mana, sih, dia? Kelihatan songong banget sama orang yang baru dikenal."
Kalila tersenyum geli. "Dia biasa aja, lo doang yang emang lagi sensi."
Odeiva berdecak tak suka. "Ngapain lo belain dia? Nggak denger tadi apa yang dibilang? Dia yang ada di balik selimut bareng mantan gue, mana kenalin diri nggak ada takut-takutnya."
"Itu perasaan lo aja, dia juga belum bilang alasannya kenapa," ucap Kalika, memberi pengertian, "lagian, gue nggak bisa benci sama dia. Nasib kami berdua sama."
"Sama gimana?" Odeiva mengoleskan cokelat pada roti, bersungut-sungut mendengarkan pembelaan temannya itu.
"Orang tuanya cerai," Kalila menyesap teh hangatnya, "bahkan sejak dia umur lima tahun. Masalahnya sama kayak orang tua gue, tapi enaknya dia udah punya ayah sambung yang sayang banget sama dia."
"Selingkuh, gitu?"
Kalila mengangguk. "Cepet selesaiin sarapan lo, bentar lagi Risya ama Kayla datang ke sini."
Tak ada hal apapun yang bisa diisi di akhir pekan ini. Kalila tidak ingin pergi keluar rumah karena Odeiva tengah bersedih, alhasil mereka akan menghabiskan waktu di rumah bersama dua bocah yang katanya akan datang lagi setelah sarapan dan mandi.
"Kayla itu tinggal di mana?" tanya Odeiva.
"Gue nggak tahu rumahnya, sih. Dia sahabatan banget sama adiknya Aji, dan sering nginep juga kalau mamanya keluar kota. Biasanya nginep bareng adiknya di rumah Aji."
"Meresahkan banget," Odeiva berdecak, tak bisa menghilangkan kejadian tadi dari kepalanya walau hanya sedetik, "gue penasaran, kenapa bisa?"
Kalila tersenyum tipis. "Gitu, kek, ngaku kalau penasaran. Nggak usah sok ngedumel kek anak kecil."
Odeiva mencebik. Tadi adiknya Aji berjanji akan kembali ke rumah ini dan menemani Kalila untuk nonton salah satu drama Korea sampai tamat. Ia tak tahu judulnya, tak sempat juga bertanya, yang jelas, Odeiva hanya menanti kedatangan Kayla untuk diinterogasi.
"Ngomong-ngomong, Kal, adik dan mama lo emang sering telat bangun?"
"Kalau libur doang, sih, senin sampai jum'at mereka bangunnya cepet," jawab Kalila, "kenapa?"
"Gue, kan, belum nyapa mereka. Si Kianu udah gede, ya? Terakhir kali ketemu, dia masih bocil, pendek pula."
Kalila tertawa kecil. "Lo liat aja kalau udah bangun."
"Kira-ki—"
"Assalamu'alaikum!"
Odeiva memejamkan mata, kemudian mengelus dadanya. Lagi-lagi ia terkejut dengan suara melengking milik dua remaja yang kini telah berdiri di pintu ruang makan. Sungguh, ingin sekali ia mencabik-cabik keduanya, terlebih pada perempuan bernama Kayla yang dengan antengnya malah tersenyum cerah padanya.
"Kak Dei!" Kayla berjalan dengan sangat girang mendekat pada Odeiva, "aku kasih tahu Bang Riko kalau Kak Dei ada di sini, katanya udah nggak punya urusan sama Kak Dei, soalnya udah nikah. Emang bener, gitu?"
Menatap perempuan itu dengan ekspresi datar, Odeiva benar-benar akan merealisasikan keinginannya, tetapi Kalila menariknya untuk duduk kembali. Sebenarnya tak perlu marah, sebab hubungannya dengan Riko telah berakhir lama sekali. Hanya saja, melihat Kayla membuatnya naik pitam, mengingat bahwa perempuan itu telah menginjak harga dirinya di hari itu.
"Oops," Kayla menutup mulutnya dengan tangan, "kayaknya aku salah ngomong, deh," ucapnya kemudian.
Tak menghiraukan ekspresi tak suka Odeiva, remaja itu malah menarik kursi yang ada di sebelah Odeiva dan duduk di sana dengan sangat santai. Kesal? Oh, tentu. Namun, masih memikirkan posisinya saat ini yang berada di rumah Kalila dan sekarang mama Kalila pun ada di rumah ini. Ia menahan diri agar tak menciptakan keributan.
"Ternyata Jakarta kecil, ya," celetuk Risya, "bisa-bisanya lo ketemu mantan calon kakak ipar lo di rumah calon kakak ipar gue." Perempuan itu berdecak kagum.
Kayla menjentikkan jari. "Nah, itu dia, gue juga kaget, loh. Bisa-bisanya takdir seperti ini."
"Tunggu," interupsi Odeiva, "mantan calon kakak ipar?"
Kedua remaja itu menatap ke arahnya, Kayla segera menutup mulutnya rapat-rapat, begitu pula dengan Risya. Sejenak Odeiva bisa melihat keduanya terlihat begitu akrab, sebab tanpa aba-aba Risya pun ikut mengunci mulut yang berarti mengetahui rahasia yang disembunyikan Kayla.
Kalila berdeham, demi menarik atensi dari ketiga orang tersebut. "Selesaiin dulu obrolan kalian, kita nontonnya nanti aja."
Odeiva mengangguk setuju, mata langsung menatap lurus ke arah Kayla. "Lo siapanya Riko?"
Perempuan itu malah mengenyir, kemudian menepuk bahu Odeiva. "Kak, benci nggak, sama Bang Riko?"
Memutar bola mata, Odeiva menepis tangan Kayla. "Nggak usah bertele-tele," ketusnya.
Kayla meringis lebih terlihat sedang meledek, kelakuannya khas anak remaja yang tak takut pada siapapun, inginnya bercanda, tetapi orang lain malah menganggap bahwa Kayla adalah remaja yang pandang enteng pada sesama manusia. Entah apa yang telah dijalani perempuan tersebut hingga menjadi seperti ini.
"Bang Riko cinta banget sama Kak Dei," Kayla memulai penjelasannya, "tapi rumor tentang Kak Dei buat dia nggak tenang jalani hidup."
Odeiva memicingkan mata. "Lo ngomong apa, sih? Rumor apa? Seumur hidup gue baru sekali digosipin orang." Dan itu saat dirinya dipecat oleh ayah mertuanya.
Meskipun Odeiva tak mendengarkan langsung, tetapi ia tahu bahwa saat dirinya berjalan lunglai ke luar kantor, semua mata menatapnya sembari berbisik. Tentu, itu adalah kata-kata yang tak enak didengar, meskipun setengahnya merasa kasihan. Namun, Odeiva tidak menginginkan hal tersebut, dan sampai berjanji pada diri sendiri tidak akan menjadi bahan gosip lagi.
"Ya ... gosip. Aku nggak tahu gosip apa, coba tanya ke Bang Riko. Yang jelas, dia minta aku ke kosannya buat pura-pura jadi selingkuhan," Kayla menaik-turunkan alisnya, "tenang aja, aku bukan selingkuh beneran. Cintaku masih ke Cai Xukun."
"Siapa lagi itu?" Odeiva melengos malas.
Terdengar tawa dari arah Kalila. "Lo kalau ngomong sama remaja emang harus sabar."
"Aku ini remaja paling aktif, Kak. Jadi, jangan terlalu diambil hati," Kayla memperlihatkan deretan giginya, "ngomong-ngomong, aku adik sepupunya Bang Riko. Bukan cewek sembarangan yang mau diajak ngamar."
Apa yang ingin Odeiva dengar akhirnya keluar juga, meskipun tidak sepenuhnya. "Itu udah nggak berarti lagi," kilahnya, padahal dalam hati ia merasa lega mengetahui satu per satu masa lalu yang tidak diketahuinya selama ini mulai terbuka lebar, "gue udah nikah."
Kayla menatap pilu, bibirnya mencebik. "Sebenarnya ...," meraih tangan Odeiva tanpa meminta izin, ia menatap dalam, "aku ngarep banget Kak Dei bisa balikan sama Bang Riko."
Menatap tangannya yang digenggam erat, Odeiva perlahan berusaha melepaskan genggaman tersebut. Perlakuan Kayla dan juga kata-katanya seperti lubang hitam bagi Odeiva, jika melangkah untuk mendekat pasti akan jatuh dan tak bisa kembali lagi.
Ya, seperti itu pandangan Odeiva pada orang baru dan orang yang telah lama dikenalnya, setelah diterpa sakit bertubi-tubi dalam kurun waktu dekat, maka Odeiva tak bisa lagi membuka hati untuk mempercayai orang-orang tersebut, selain keluarganya dan juga Kalila yang belum pernah menebar luka padanya.
"Gini, ya, Kay," Odeiva menarik napas dalam dan mengambuskan sedikit kasar, "gue sama Riko udah nggak bisa bersama."
Kayla tersenyum tipis. "Tapi kata Bang Riko, dia bakalan nunggu jandanya Kak Dei." Kemudian tawanya mengalun di udara.
**
Vote dan komen guysss
KAMU SEDANG MEMBACA
Kubuat Konten, Suami Kaya Kudapat (END)
RomanceOdeiva Swanelly memiliki tujuan hidup baru setelah mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Ia ingin terkenal di aplikasi tiktok, semakin hari, rasa ingin dikenal semakin tinggi. Di suatu hari saat pergi berdua bersama sahabatnya, Odeiva tak bisa men...