Mas Lan :
Ke rumah, yuk, Bunda mau ketemu.Begitulah isi chat dari calon suaminya itu. Minggu sore Odeiva sudah terlihat segar, dengan terusan yang menutupi hingga lutut. Sekarang Odeiva mengerti mengapa Lansaka memberikan alamat rumah tadi pagi saat mereka bertemu di senayan, ternyata sore hari dirinya diajak datang ke rumah.
Tidak dijemput, Odeiva adalah perempuan yang malas dijemput, karena pasti akan memakan banyak waktu di rumah itu untuk menunggu kapan diantar pulang. Sumpah, ia sangat-sangat tak menyukai hal seperti itu. Maka dari itu Odeiva lebih suka membawa kendaraan sendiri, agar tidak terlalu lama berada di luar rumah.
Di sinilah Odeiva menghentikan mobilnya, berada di depan rumah megah bak istana, bahkan rumahnya bukan setengah dari rumah yang dihuni oleh Lansaka. Membuat Odeiva menjadi takut akan tersesat di rumah tersebut. Sungguh memalukan.
Ini kali kedua Odeiva melihat rumah tersebut, jika sebelumnya hanya berhenti dalam jarak beberapa meter, sekarang Odeiva akan masuk dan bertemu dengan tuan rumah.
Odeiva menurunkan kaca mobil, seorang satpam menghampirinya. Rumah Odeiva tak punya satpam seperti ini, palingan hanya anjing tetangga yang menggonggong kala melihat orang misterius di malam hari. Sedikit banyaknya Odeiva berterimakasih pada anjing tersebut, meskipun kadang membuatnya takut.
"Pak, Mas Lansaka ada?" tanyanya pada satpam tersebut.
"Mas Lansaka nggak ada, Mbak, udah lama nggak ke sini."
"Loh, kok, gitu?" Odeiva mengerutkan kening.
"Sejak Mbak Verta balik ke luar negeri, Mas Lan udah nggak pernah ke sini lagi."
Odeiva membulatkan bibir. "Sekarang dia di mana, ya, Pak?"
"Saya nggak tahu, Mbak. Coba cari ke rumahnya."
Satu alis Odeiva terangkat. "Dia pindah rumah?"
Satpam itu tersenyum kaku. "Saya juga nggak tahu soal itu, soalnya saya cuma satpam rumah ini, bukan satpam rumah Mas Lansaka."
"He?" Ia menatap bingung ke arah pria itu, "i-ini bukannya rumah Mas Lan?"
"Bukan, Mbak, ini rumah Mbak Verta, pacarnya Mas Lansaka," jawab pria tersebut.
Odeiva mengunci bibirnya rapat-rapat, wajahnya kini sudah memerah karena malu. "Maaf, Pak, saya salah alamat."
Detik kemudian ia menyalakan mesin dan meninggalkan rumah itu. Merutuki diri sendiri pada kebodohan yang dibuatnya. Itu berarti hari di mana Odeiva menjadi penguntit, Lansaka bukanlah kembali ke rumahnya, melainkan pergi ke rumah si mantan pacar.
"Aahh!" jerit Odeiva, malunya tak bisa disembunyikan, "sekarang gimana, dong? Mana gue songong banget di depan Adel, ngaku tahu rumahnya Mas Lan."
Namun, di balik semua itu, Odeiva lebih ingin memaki diri sendiri kala mengingat bahwa kertas yang berisi alamat rumah Lansaka, dibuang begitu saja ke tong sampah. Lagi-lagi Odeiva menjadi sial karena sifat songong tersebut.
"Lo itu biasa aja! Ngapain songong banget!" cacinya, pada diri sendiri.
***
Mas Lan :
Pasti kertasnya dibuangOdeiva mengunci bibirnya membaca isi chat dari calon suaminya. Padahal, ia belum mengatakan apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tetapi Lansaka sudah bisa menebak. Kata orang, malu bertanya, sesat di jalan. Inilah yang terjadi pada Odeiva sekarang.
Ia malu bertanya pada Lansaka alamat rumah sebenarnya, sementara hari sudah gelap, yang seharusnya Odeiva telah sampai di rumah tersebut sebelum matahari tenggelam. Nampaknya, setelah ambisi ingin terkenal sudah menghilang, Odeiva diberikan tugas untuk menghilangkan sikap songong dan pamernya, agar tidak mendapatkan kesialan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kubuat Konten, Suami Kaya Kudapat (END)
RomansaOdeiva Swanelly memiliki tujuan hidup baru setelah mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Ia ingin terkenal di aplikasi tiktok, semakin hari, rasa ingin dikenal semakin tinggi. Di suatu hari saat pergi berdua bersama sahabatnya, Odeiva tak bisa men...