I.M : 6✔️

55.2K 5.2K 21
                                    

Episode 6.



Mata gadis mungil itu terpejam...namun berbeda dengan telinganya yang terpasang jelas!

Acavella tak benar-benar tidur, ia hanya berpura-pura tidur saat Serena masuk ke dalam kamarnya tadi pagi dan mulai membereskan semua barangnya saat ia mengintip sedikit.

Sekarang Acavella malah ada di gendongan Wanita Bernama Sandri dan di sampingnya ada Ardika yang sedang berbicara dengan Zayden.

Acavella sedang mengempeng di pangkuan Sandri, ia melihat ke Ardika dan juga Zayden secara bergantian.

"maaf sebelumnya.."ujar Zayden, padahal Acavella anak biologisnya tapi ini adalah pilihan terbaik menurutnya.

"Seharusnya anda tidak membawa anak ku, terima saja bahwa isti dan anak anda sudah tiada!"sinis Sandri.

Zayden menunduk, ia menunduk bukan karna merasa bersalah tapi untuk menutupi wajah kesal serta jengkelnya, ia mendongak dan tersenyum tipis.

"saya minta maaf atas semuanya"ucapnya lagi.

"kalau begitu saya pamit, tidak baik di sini berlama-lama" karna saya tidak akan bisa melepaskan Vella nantinya lanjutnya dalam hati.

Zayden berdiri, baru saja Ia ingin melangkah pergi, teriakan dan rengekan Acavella terdengar membuat nya berbalik menatap putrinya dengan pandangan tak rela.

Acavella melempar empengnya ke sembarang arah, ia merengek di pangkuan Sandri membuat Sandri kesusahan karna pergerakan lincah Acavella.

"sayang, kamu kenapa nak?"tanya Sandri.

Acavella terus meraung dan meminta turun, ia berhasil turun dari pangkuan Sandri dan merangkak menuju Zayden, seketika Zayden berjongkok dan mengangkat anak nya.

"Vella...dengerin Papa, kamu mulai sekarang tinggal di sini yaa? Sama Mama sama Ayah kamu."

Acavella menggeleng "HUAAAAAAA....DAAAA, AAPPAAAAA"teriaknya histeris.

"Serena.."panggil zayden.

Serena maju dan menggendong Acavella sedangkan Zayden pergi dari sana dengan mata memanas dan kepalan tangan yang kuat.

"PAAAAAAA.....HUAAAAAAA..KUTTTT, PAAAA....APPAAA!"ia terus memberontak di gendongan Serena membuat Serena menghelai nafas.

Sial! Matanya tidak bisa di ajak kompromi! Kenapa harus berkaca-kaca.

"nona..anda harus tenang"bisiknya.

"ini demi kebaikan anda...tuan besar melakukan ini semua demi anda nona"bisik Serena lagi dengan suara bergetar, ia memeluk Acavella sampai wajah Acavella bersebelahan dengan Serena.

Mimik Acavella seketika berubah menjadi datar, tangisannya mereda, kedua tangannya memeluk leher Serena..ia berusaha berbicara layaknya orang dewasa.

Gigi-giginya sudah tumbuh dan ia menyembunyikan semuanya, ia masih berlaga layaknya Acavella baby, padahal bila ia seorang diri di kamar ia akan menggerutu kesal dan berbicara pada dirinya.

"Aya ida inyin ingal cama oang iadap!"

Saya tidak ingin tinggal sama orang biadap!

Seketika Serena menegang, bisikan itu.....ia tak pernah mendengarnya, Serena menjauhkan Acavella dan menatapnya dengan syok sementara Acavella masih seseguk dan wajah yang menahan nangis, ia mengubah mimic wajahnya dengan cepat ternyata.

"apa tadi?"gumam Serena

"bersabarlah nona..tuan besar selalu menjaga anda dari jarak jauh"ucap Serena dengan pelan agar Sandri dan Ardika tidak mendengarnya.

its me {LENGKAP}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang