Chapter 25

354 67 7
                                    

Ada orang yang rela menunggu dengan sabar hanya untuk sebuah kabar.

•••

"Bil," panggil Naufal kepada Nabila.

"Hm?"

Naufal tersenyum manis sambil menatap wajah cantik Nabila. Tangannya tergerak menghapus es krim yang berada di ujung bibir Nabila.

Tentu saja perlakuan Naufal membuat Nabila mematung. Otaknya tengah memikirkan apa yang terjadi sekarang. Tak lama kemudian, semburat merah nampak jelas dari wajah Nabila. Malu sekaligus baper dan kupu-kupu seolah berterbangan di perutnya.

"Gue sayang sama lo." Naufal mengucapkan kalimat itu dengan posisi yang tidak berubah sama sekali. Tangannya kini teralih mengusap pipi Nabila lembut.

"Nabilaaaa, be my girl, please?"

Nabila terdiam beberapa saat. Mencerna semua kalimat dan perlakuan Naufal hari ini. Ya, sekarang Naufal memintanya untuk menjadi pacar.

"Fal ..."

"Iya, Nabila?" balas Naufal dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Gue enggak bisa jawab sekarang."

"Kenapa?" tanya Naufal.

"Ada hal yang harus gue selesaikan dulu sekarang. Maaf."

•••

"April ..."

"Kenapa, Bil?"

"Gue boleh cerita sesuatu enggak sama lo? Soal keluarga gue," kata Nabil. Sekarang keduanya sedang berada di teras rumah April setelah menjenguk Tiara di rumah sakit.

April mengangguk. "Kalau lo mau, boleh dong cerita ke gue. Kenapa?"

Nabil menghela napasnya berat seolah rasa sakit itu kembali hadir sekarang. Rasanya sangat sesak sekali merasakan hal ini. Apalagi ini tentang keluarganya.

Sudah bertahun-tahun mereka hidup seperti ini. Lebih tepatnya Nabila dan Nabil. Kedua orang tuanya selalu memaksa mereka untuk selalu belajar dan kelak akan meneruskan perusahaan orang tuanya.

Nabil mengiyakan permintaan itu, karena memang ia memiliki minat yang besar dengan dunia perkantoran. Tapi tidak dengan Nabila.

Gadis itu selalu menentang keinginan orang tuanya karena cita-cita Nabila bukan di sana. Nabila ingin menjadi atlet karate. Itulah alasannya kenapa sejak SD sampai SMA sekarang, Nabila selalu mengikuti ekskul karate.

Tepat pada saat pembagian raport kelas 11 pertengahan semester 2 kemarin, orang tua mereka pulang. Nilai Nabila memang diatas KKM, namun tidak sebagus Nabil yang mendapatkan nilai sempurna.

Brak

Pak Bram melempar kasar raport Nabila ke atas meja membuat gadis itu terkejut. Ia sudah mengira kalau orang tuanya pasti akan memarahinya.

"SUDAH SAYA BILANG BERAPA KALI? BELAJAR, NABILA! LIHAT NABIL, NILAI DIA SEMPURNA! KENAPA KAMU TIDAK BISA SEPERTI NABIL?!" sentak Pak Bram.

"Jangan buang tenaga untuk anak yang enggak bisa diatur, Mas," sahut Bu Dewi santai sambil meminum kopi dan membaca artikel di ponselnya.

Pak Bram menghela napasnya kasar disertai tatapan tajamnya. "Saya pulang ke rumah untuk lihat nilai raport kamu yang bagus kayak Nabil. Kenapa kamu kasih itu aja enggak bisa?"

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang