Anrez membuka pintu kamar Tiara perlahan. Ia mengulum senyumnya saat matanya menangkap gadisnya masih tertidur. Cantik.
Cowok itu berjalan mendekat ke arah ranjang Tiara lalu mendudukkan tubuhnya di kursi. Tangannya tergerak mengelus puncak kepala Tiara.
"Sayang, bangun yuk. Kita makan dulu," ucap Anrez
"Sayang," panggil Anrez lagi seraya menempelkan punggung tangannya pada kening Tiara guna mengecek suhu tubuh gadisnya.
"Alhamdulillah udah mendingan."
"Sayanggg. Ayo bangun, yuk. Makan dulu."
Tiara perlahan membuka matanya lalu menyunggingkan senyumnya ketika ia menangkap Anrez yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Bangun, yuk. Makan dulu. Masih pusing enggak?"
"Enggak begitu," jawab Tiara.
Anrez mengangguk. "Yuk, bangun."
"Bangunin," pinta Tiara lalu ia merentangkan tangannya ke pada Anrez.
"Manjanyaaa, pacarkuu," kata Anrez dan ia membantu Tiara mendudukkan tubuhnya.
"Sayang, lemes," keluh Tiara.
"Hm? Lemes? Mau digendong ke bawahnya? Atau mau makan di sini?"
Tiara menggeleng. "Lemes belum dipeluk ayang."
Sontak tawa Anrez pecah. "Mau dipeluk?"
"Mauuu."
Anrez tersenyum kemudian mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang tepat di hadapan Tiara.
"Sini peluk, sayang," seru Anrez. Tiara pun langsung menghambur ke dalam pelukan Anrez. Memeluk erat tubuh Anrez yang selalu menjadi tempat ternyaman bagi Tiara.
"Rara sayang banget sama Anrez."
•••
"Lama banget sih, abis ngapain?" todong Defika ketika Anrez dan Tiara baru saja tiba di meja makan. Terlihat di sana ada Mama Rani juga.
"Loh, kok ada Mama?" tanya Tiara.
"Mama abis masak langsung ke sini. Khawatir sama kamu."
Tiara tersenyum. "Makasihh, Mama. Sama aja nih kayak Anrez."
"Kita tuh khawatir tau. Kamu kan di sini enggak ada Mama Fitri sama Papa Arief," sahut Anrez.
"Kamu lupa aku tinggal sendiri di Sevilla?"
"Iya sih. Tapi kalau di sini kan kamu ada kita. Jadi enggak apa-apa, Ra," balas Anrez.
"Aku cuman enggak mau ngerepotin."
"Enggak ada kata ngerepotin buat calon mantu. Udah sini duduk, terus makan. Abis itu minum obat, ya, Ra," seru Mama Rani.
"Iya, Mama."
"Kamu juga makan, Def. Makan yang banyak, ya, anak-anak Mama," seru Mama Rani seraya mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Anrez, Tiara, dan Defika.
"Makasih, Tantee."
"Kalian jadi mulai masuk ke rumah sakit kapan?" tanya Mama Rani.
"Papa suruh aku masuk bulan depan, Ma. Enggak tau deh Defika," jawab Tiara.
"Kalau bisa sih minggu depan aja, Tan. Gabut banget di rumah mah. Kalau enggak gabut, jadi nyamuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022