Chapter 28

350 73 16
                                    

Mencintai kamu itu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku yang terdalam.

•••

Sudah beberapa hari sejak Tiara dan Anrez bertengkar di kamar gadis itu. Sudah berhari-hari juga, keduanya menjaga jarak satu sama lain.

Selama itu pula, Milo semakin menancap gasnya untuk mendekati Tiara menyisakan Anrez yang selalu melihat pemandangan itu setiap harinya dengan hati yang tak karuan.

Sekarang Anrez sedang berada di kamarnya. Mendudukkan tubuhnya di kursi balkon kamar sambil merenungi hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini.

"Kangen Rara deh."

"Mana sekarang dia sama Milo terus. Dia enggak kangen deh pasti sama gue."

Anrez menghela napasnya berat. Harinya terasa berbeda tanpa Tiara di sampingnya. Biasanya, Tiara selalu manja kepadanya. Tiara selalu bercerita banyak hal bahkan sampai mulutnya berbusa pun gadis itu akan terus bercerita.

Ah, Anrez benar-benar rindu. Kata orang, rindu itu indah. Namun mengapa yang ia rasakan justru rindu itu menyesakkan? Apa karena Anrez rindu sendiri?

Anrez rindu Tiara. Anrez rindu teman-temannya. Ngomong-ngomong, Anrez belum juga berbaikan dengan teman-temannya berhubung masalah sepertinya semakin melebar.

Ia tidak tahu harus bagaimana. Mereka sangat kecewa padanya. Lihat, Anrez sadar sekarang. Teman-temannya saja begitu kecewa dengan Anrez, bagaimana Tiara?

Tuhan, Anrez harus apa?

•••

"Eh, ayo cepetan kita ke kantin, yuk!" ajak Hasya.

"Iya-iya. Ayo," balas April lalu beranjak dari duduknya disusul oleh Tiara dan Nabila.

"Halooo," sapa Rifky tepat di depan kelas XI MIPA 2.

"Kok cuman berdua? Naufal mana?" tanya Tiara.

Nabil menggeleng. "Enggak tau. Kita duluan aja."

Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin untuk makan karena perutnya sudah meronta-ronta meminta asupan makanan.

"Anjing, itu bukannya Naufal?"

"Eh, astaghfirullah kasar," sambung Rifky spontan menutup mulutnya.

Kini tatapan mata mereka semua tertuju pada Naufal yang sedang duduk di kantin berdua dengan seorang perempuan. Ditambah keduanya sedang beradegan manis. Terlihat jelas Naufal tengah menyuapi perempuan itu.

Tanpa mereka sadar, Nabil sudah mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya. Emosinya meletup-letup melihat pemandangan di depannya.

"Brengsek," umpat Nabil lalu berjalan menghampiri Naufal.

"Eh, Nabil!" pekik Nabila kemudian menyusul saudara kembarnya menuju meja Naufal.

Tangan Nabil terulur menarik kasar seragam Naufal. "Lo udah mulai kurang ajar, ya?!"

Naufal berdecak. "Apa-apaan sih lo?"

"Lo ngapain sama cewek lain, bangsat?! Lo bukannya lagi deketin Nabila?!"

"Lo tanya aja ke Nabila kenapa gue bisa kayak gini," balas Naufal disertai dengan senyum miringnya.

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang