I'm so lost without you.
•••
"Ma, Mama abis nangis, ya?" tanya Anrez.
"Mama enggak abis nangis."
"Mata Mama sembab. Enggak usah bohong sama aku," balas Anrez.
Mama Rani terkekeh. "Mama khawatir sama kamu tau."
"Ma, Rara gimana?"
Semua yang berada di ruangan Anrez menatap ke arah cowok itu. Otak mereka berputar memikirkan cara untuk memberi tahu tentang keberangkatan Tiara ke luar negeri.
"Ma? Kok enggak jawab? Rara gimana?" tanya Anrez lagi ketika ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
Ceklek
Papa Mahen kembali ke ruangan Anrez bersama dengan dokter dan suster. "Papa bawa dokter nih, mau periksa keadaan kamu," kata Papa Mahen.
Ah, syukurlah. Kedatangan Papa Mahen dan dokter sedikit menyelamatkan mereka untuk sementara. Hanya sementara.
Mama Rani mendekati Papa Mahen lalu menggandeng lengan suaminya. "Pa, Anrez nanyain Rara."
Sontak Papa Mahen menatap ke arah Mama Rani. "Mama jawab apa?"
"Belum Mama jawab. Gimana dong, Pa?"
"Kita harus jujur ke Anrez, mau gak mau," balas Papa Mahen.
"Om, Tante, kita pulang duluan enggak apa-apa?" tanya Nabila.
"Iya, Om, Tan, Hasya, Nabila, sama April pulang duluan, ya. Cowok-cowok mah masih mau di sini katanya," pamit Hasya.
Papa Mahen dan Mama Rani mengangguk kompak. "Iya. Makasih, ya, udah dateng dan jengukin Anrez."
"Sama-sama, Om. Kalau gitu, kita pulang, ya. Assalamualaikum," pamit April.
"Waalaikumsalam."
Selepas kepergian Nabila dan yang lainnya, dokter mendekati kedua orang tua Anrez hendak menjelaskan keadaan cowok itu.
"Kondisi pasien sudah baik-baik saja. Kalau semuanya sudah bagus dan stabil, besok sudah boleh pulang," kata dokter.
"Makasih, Dok," balas Papa Mahen.
Dokter dan suster pun keluar dari ruangan Anrez, meninggalkan mereka dengan kekhawatiran karena mau tidak mau, mereka harus jujur pada Anrez.
"Rara mana? Rara gimana keadaannya? Aku boleh liat Rara, Ma?" tanya Anrez.
Mama Rani dan Papa Mahen melangkahkan kakinya mendekati brankar. "Nak," panggil Papa Mahen.
"Iya, Pa? Rara gimana?"
"Rara dibawa ke luar negeri sama Papa Arief dan Mama Fitri."
Deg
Bagai dihujani berbagai benda tajam menusuk tepat ke hatinya saat Anrez mendengar kabar itu dari Papa Mahen.
Anrez menatap ke arah kedua orang tua dan teman-temannya tak percaya. Tiara tidak mungkin meninggalkannya bahkan sejauh itu.
"Papa bohong, 'kan?"
"Ma, Papa bohong, 'kan?"
"Bil, Rif, Fal, Rara mana? Papa bohong kan sama gue?"
"JAWAB!" sentak Anrez membuat semuanya terkejut.
"Rara memang udah dibawa ke luar negeri sama Papa Arief dan Mama Fitri, sayang. Papa kamu enggak bohong," kata Mama Rani seraya mengelus puncak kepala Anrez.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022