Chapter 83

373 64 49
                                    

"Sayang?" panggil Anrez ketika ia sudah sampai di ruangan Tiara.

"Iya, kenapa?"


Anrez mengulum senyumnya kemudian berjalan mendekati meja Tiara. Tak lupa ia kembali menutup pintu ruangan.

"Lagi apa?" tanya Anrez.

"Lagi belajar, buat operasi nanti."

"Wih, pusing," komen Anrez saat ia melihat layar komputer Tiara yang menampilkan hasil pindai CT.

Tiara terkekeh. "Ada apa, yang? Aku baru tau kamu ada di rumah sakit. Bukannya di kantor? Kok enggak ngabarin?"

"Surprise, sayang," balas Anrez.

"Dih, sok-sokan."

"Btw, kamu ada apa ke sini?" lanjut Tiara.

"Enggak boleh emang aku ke sini?"

"Yaa, boleh. Cuman kan nanti malem juga kita ketemu," balas Tiara.

"Sini, yang," seru Anrez lalu tangannya menarik lembut lengan Tiara untuk duduk di sofa.

"Kenapa?"

"Kamu enggak mau nemuin dokter saraf buat ngobatin tangan kamu? Kayaknya tangan kamu itu ada masalah deh di sarafnya," kata Anrez.

Tiara terkekeh. "Aku dokter saraf."

"Dokter saraf yang lain, sayang. Masa kamu mau obatin tangan kamu sendiri."

"Enggak ada obatnya, sayang. Tanganku cuman harus disuruh terbiasa aja biar enggak kaku," terang Tiara.

"Tapi kayaknya akhir-akhir ini tangan kamu suka kambuh deh. Suka tiba-tiba kaku atau kebas gitu, yang. Aku khawatir tauu."

"Enggak apa-apa, cintakuu. Nanti aku banyak-banyak istirahatin tanganku," kata Tiara berusaha agar Anrez tidak khawatir lagi.

"Kurangin jadwal operasinya. Aku enggak akan bolehin kamu kerja lagi, ya, kalau kamu bandel," ancam Anrez.

"Aaaa jangaaannnnn."

"Makanya jangan nakal. Oke, sayang?"

Tiara mengangguk. "Iyaaaa."

"Sip kalau gitu. Ini baru calon istri akuu."

"Ishhh, ngomongin calon mulu. Aku malu tauuu," rengek Tiara.

Anrez terkekeh. "Kamu jam berapa operasinya?"

"Jam 2."

"Makan dulu, yuk?" ajak Anrez.

"Hmm boleh. Udah jam 11 juga sih. Jam 1 pasti aku udah harus siap-siap."

"Iya, biar kamu tenang juga. Jadi nanti abis makan, langsung sholat, abis itu siap-siap operasi, ya, sayang," ujar Anrez diberi anggukan oleh Tiara.

"Ayo, sayang. Mau makan apa? Holy cow mau enggak? Deket sini kok."

"Bolehhh," balas Tiara.

"Let's go, baby!"

•••

"Deeffff," panggil Ben. Cowok itu kini berada di ruangan Defika. Menghampiri gadis itu ke rumah sakit.

"Apaa?"

"Pacaran, yuk," kata Ben membuat Defika menghentikan kegiatannya memakai jas dokter.

"Hah? Apa?"

"Pacaran, Def. Kita udah sebulan nih deket. Enggak mau pacaran?"

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang